Selasa, 24 Februari 2009
Senin, 02 Februari 2009
valentine
hari valentine datang sebentar lagi dimana orang merayakan hari kasih sayang, mungkin dari dulu orang telah sadar betapa pentingnya rasa kasih atar umat manusia, banyak bahasa kasih yang digunakan orang untuk merayakan hari yang penuh kasih sayang itu.
rasa kasih merupakan suatu rasa yang sudah dimiliki oleh manusia semenjak manusia pertama lahir di dunia ini, oleh sebab itu memang sudah selayaknya rasa itu dirayakan setiap tahun hal itu untuk mengingatkan manusia bahwa rasa kasih yang ada di hati sudah selayaknya terus dipupuk dan dipelihara.
kasih sanyang hendaknya tidak cuma ditujukkan kepada sesama manusia tetapi juga untuk seluruh alam, untuk pekerjaan dan juga pada maha kuasa yang telah memberikan kita kesempatan untuk dapat menikmati indahnya dunia.
namun apa yang kita lihat sekarang disaat krisis global dimana hanya karena keserakahan segelintir orang, kita semua mesti menanggung kesalahan yang tidak pernah kita lakukan, pengurangan karyawan ada dimana-mana, menurunya kemampuan daya beli yang mengakibatkan semakin banyak orang yang sudah menderita jadi semakin menderita dan dihari kasih sayang ini seolah kita ingin bertanya masihkah rasa kasih itu ada, dimana dengan biadabnya dengan tanpa segan banyak manusia dengan senang hati merampas hak seseorang demi memenuhi keserakahan pribadi.
sekarang mari kita tanyakan kepada diri sendiri lanyakah kita merayakan hari kasih yang begitu agungnya itu tat kala rasa kasih itu sudah mulai terkikis dari sanubari kita atau kita mesti memasang muka tebal saja kita rayakan hari kasih sayang ini dengan meriah agar semua orang tau kalau kita adalah orang yang panuh kasih.
namun begitu terkadang kasih sayang tidak membutuhkan alasan untuk mengasihi, seperti sinar mentari yang tidak pernah memilih untuk menyinari sehingga kehidupan didunia ini bisa berjalan. kasih yang begitu besar juga ditujukan oleh yesus dimana demi rasa kasih yang dimiliki dia rela mengorbankan dirinya untuk umat manusia yang membuat ajaran yang diajarkan menjadi salah satu agama terbesar didunia. sama halnya dengan gandhi dengan ajaran kasih dia bisa membawa india ke gerbang kemerdekaan.
kasih adalah memberi dan kita tidak akan pernah tau apa yang bisa diberi kasih sayang kepada kita seperti perusahaan google dimana dia menyediakan jasa pencarian di iternet secara gratis dan ketika sahamnya di jual di bursa banyak orang yang mempertanyakan keuntungan apa yang bisa di beri perusahaan seperti itu namun kita lihat sekarang google menjadi perusahaan terbesar di dunia dalam waktu yang cukup singkat.
Minggu, 09 November 2008
artikel
Thanksgiving
Sekarang kalau Anda membaca tulisan saya seperti tak ada gunanya. Kondisi di dunia riil terlalu gonjang ganjing. Apa masih ada waktu untuk berpositif ria? Mau dikemanakan uang saya. Apalagi buat mereka yang kehilangan gara-gara indeks terjun bebas seperti air terjun di Niagara atau pesawat yang nyemplung ke dalam laut. Saya saja kehilangan lebih dari lima puluh persen dari apa yang saya investasikan. Sejuta alasan diungkapkan, agar saya tak putus asa. Dari penjelasan koran, berita elektronik sampai ada yang mengirimkan saya email lanjutan dari salah satu ahli keuangan.
Nah, sekarang saya mau mencoba menyakinkan Anda lewat tulisan ini, bukan sebagai ahli ekonomi atau apapun itu. Kalau pun Anda merasa artikel ini juga cuma artikel tak bermutu, tak masalah juga. Dalam hidup ini, Anda tak selalu harus serius, nanti tambah pusing. Anggap saja tulisan ini sebagai medium untuk menghibur Anda yang sedang sesak nafas, dari seorang yang dulu pernah sesak nafas saat semua berjalan lancar, dan sesak nafas lagi saat ketika semua begitu tak pastinya, seperti harga emas yang sangat fluktuatif dan tak pasti. Ada yang enak kalau naik turun, tetapi itu bukan di sini tempatnya. Meski keduanya punya risiko.
Kemudian Anda bertanya lagi dalam hati, mengapa saya harus mendengarkan orang yang pernah sesak nafas dua kali untuk memberitahu atau katakan menghibur saya? Saya pastikan saya tak akan membuat Anda sesak nafas lebih berat lagi. Kalau setelah membaca artikel ini, ternyata mata Anda mulai kabur membaca kalimat demi kalimat, kepala mulai cenut-cenut dan tekanan darah Anda tinggi atau anjlok seperti indeks dan harga minyak, maka saya sarankan cepatlah berhenti membaca tulisan ini.
Sesak nafas pertama saya terjadi tiga tahun lalu saat dokter memvonis saya harus melakukan transplantasi ginjal yang sebelumnya dimulai dengan proses cuci darah. Saat itu saya menganggap hidup ini tidak adil. Hidup yang tidak menyenangkan. Dimanakah Anda saat itu? saat saya terbaring tak berdaya? Bisa jadi di antara Anda, ada yang sedang menikmati investasi Anda. Saat itu Anda tak complain bahkan berterimakasih pada Tuhan dan manajer investasi Anda yang membuat Anda tertawa dan tertiwi.
Sekarang saya dibuat sesak nafas lagi. Bukan dengan transplantasi ginjal tetapi dengan kehilangan investasi. Tetapi mengapa saya biasa-biasa saja? Mungkin karena nilai investasi saya ecek-ecek, tetapi juga gara-gara peristiwa sesak nafas tiga tahun lalu yang sampai menggiring saya di antara hidup dan mati, bukan hanya kehilangan 200 milyar atau 50 juta rupiah. Hidup dan mati. Itu mengerikan, karena saya masih ingin hidup bahkan saya tak mau mati. Mengetahui bahwa nyawa Anda dalam hitungan dokter. Meski saya sekarang selamat.
Peristiwa sesak nafas pertama yang dahulu saya katakan tidak adil itu, sekarang menjadikan saya manusia yang tak gampang menyerah. Saya merasa peristiwa masa lalu itu adil sekali. Saya telah diberi kesempatan mengalami hal terburuk hanya untuk menjadikan saya manusia yang tahu bahwa kemanusiaan saya itu tak ada apa-apanya. Tuhan itu di atas segalanya. Saya belajar menjadi lebih berani melihat hidup dari segala sisi, bukan hanya dari sisi kelamnya saja. Maka sekarang saya bisa membenarkan selalu saja ada hal yang indah setelah hari hujan.
Itu semua bisa dirasakan kalau saya mau melihatnya demikian. Sama seperti kalau saya ada di ruang gelap, dan hanya ada satu titik terang, maka saya akan meloncat pindah ke titik terang yang secuil itu dari pada saya berkutat di ruang gelap yang luas. Karena titik kecil yang terang itu menjadi begitu benderangnya di tengah gelap yang kelam. Persis seperti saat saya di New York, datang ke klab malam khusus untuk mereka yang berkulit hitam, saya datang sebagai manusia Cina berkulit putih kecil meski tak imut, saya menjadi bintang di tengah ‘kegelapan’ itu. Saya menjadi primadona meski tak ada yang mendatangi saya.
Sesak nafas pertama mengajarkan saya sekarang ini mengucapkan terimakasih pada Sang Khalik dalam segala cuaca dan situasi. Peristiwa sesak nafas itu juga mengajarkan saya untuk tidak bangun pagi-pagi untuk melihat indeks tetapi berterima kasih pada Sang Khalik untuk hari baru itu. Bisa hidup dan bernyawa itu sebuah anugerah bukan upah dari sebuah investasi. Maka kalau saya jatuh dari kekayaan itu, saya pun tak berhak menggerutu.
Semua yang ada pada saya, bukan milik saya. Jadi kalau itu bukan milik saya, mengapa saya merasa keberatan dan merasa kehilangan? Kan katanya jodoh, hidup dan mati di tangan Tuhan dan bukan di tangan saya atau ahli ekonomi ternama bernama X, Y dan Z? Kalau pun akhirnya saya game over, itu pun saya tak bisa complain. Maka hidup seharusnya hanya dipenuhi ucapan syukur, bukan complain. Kalaupun saya kehilangan investasi saya dan ‘game over’, saya juga penuh dengan sukacita. Happy Thanksgiving!
Sekarang kalau Anda membaca tulisan saya seperti tak ada gunanya. Kondisi di dunia riil terlalu gonjang ganjing. Apa masih ada waktu untuk berpositif ria? Mau dikemanakan uang saya. Apalagi buat mereka yang kehilangan gara-gara indeks terjun bebas seperti air terjun di Niagara atau pesawat yang nyemplung ke dalam laut. Saya saja kehilangan lebih dari lima puluh persen dari apa yang saya investasikan. Sejuta alasan diungkapkan, agar saya tak putus asa. Dari penjelasan koran, berita elektronik sampai ada yang mengirimkan saya email lanjutan dari salah satu ahli keuangan.
Nah, sekarang saya mau mencoba menyakinkan Anda lewat tulisan ini, bukan sebagai ahli ekonomi atau apapun itu. Kalau pun Anda merasa artikel ini juga cuma artikel tak bermutu, tak masalah juga. Dalam hidup ini, Anda tak selalu harus serius, nanti tambah pusing. Anggap saja tulisan ini sebagai medium untuk menghibur Anda yang sedang sesak nafas, dari seorang yang dulu pernah sesak nafas saat semua berjalan lancar, dan sesak nafas lagi saat ketika semua begitu tak pastinya, seperti harga emas yang sangat fluktuatif dan tak pasti. Ada yang enak kalau naik turun, tetapi itu bukan di sini tempatnya. Meski keduanya punya risiko.
Kemudian Anda bertanya lagi dalam hati, mengapa saya harus mendengarkan orang yang pernah sesak nafas dua kali untuk memberitahu atau katakan menghibur saya? Saya pastikan saya tak akan membuat Anda sesak nafas lebih berat lagi. Kalau setelah membaca artikel ini, ternyata mata Anda mulai kabur membaca kalimat demi kalimat, kepala mulai cenut-cenut dan tekanan darah Anda tinggi atau anjlok seperti indeks dan harga minyak, maka saya sarankan cepatlah berhenti membaca tulisan ini.
Sesak nafas pertama saya terjadi tiga tahun lalu saat dokter memvonis saya harus melakukan transplantasi ginjal yang sebelumnya dimulai dengan proses cuci darah. Saat itu saya menganggap hidup ini tidak adil. Hidup yang tidak menyenangkan. Dimanakah Anda saat itu? saat saya terbaring tak berdaya? Bisa jadi di antara Anda, ada yang sedang menikmati investasi Anda. Saat itu Anda tak complain bahkan berterimakasih pada Tuhan dan manajer investasi Anda yang membuat Anda tertawa dan tertiwi.
Sekarang saya dibuat sesak nafas lagi. Bukan dengan transplantasi ginjal tetapi dengan kehilangan investasi. Tetapi mengapa saya biasa-biasa saja? Mungkin karena nilai investasi saya ecek-ecek, tetapi juga gara-gara peristiwa sesak nafas tiga tahun lalu yang sampai menggiring saya di antara hidup dan mati, bukan hanya kehilangan 200 milyar atau 50 juta rupiah. Hidup dan mati. Itu mengerikan, karena saya masih ingin hidup bahkan saya tak mau mati. Mengetahui bahwa nyawa Anda dalam hitungan dokter. Meski saya sekarang selamat.
Peristiwa sesak nafas pertama yang dahulu saya katakan tidak adil itu, sekarang menjadikan saya manusia yang tak gampang menyerah. Saya merasa peristiwa masa lalu itu adil sekali. Saya telah diberi kesempatan mengalami hal terburuk hanya untuk menjadikan saya manusia yang tahu bahwa kemanusiaan saya itu tak ada apa-apanya. Tuhan itu di atas segalanya. Saya belajar menjadi lebih berani melihat hidup dari segala sisi, bukan hanya dari sisi kelamnya saja. Maka sekarang saya bisa membenarkan selalu saja ada hal yang indah setelah hari hujan.
Itu semua bisa dirasakan kalau saya mau melihatnya demikian. Sama seperti kalau saya ada di ruang gelap, dan hanya ada satu titik terang, maka saya akan meloncat pindah ke titik terang yang secuil itu dari pada saya berkutat di ruang gelap yang luas. Karena titik kecil yang terang itu menjadi begitu benderangnya di tengah gelap yang kelam. Persis seperti saat saya di New York, datang ke klab malam khusus untuk mereka yang berkulit hitam, saya datang sebagai manusia Cina berkulit putih kecil meski tak imut, saya menjadi bintang di tengah ‘kegelapan’ itu. Saya menjadi primadona meski tak ada yang mendatangi saya.
Sesak nafas pertama mengajarkan saya sekarang ini mengucapkan terimakasih pada Sang Khalik dalam segala cuaca dan situasi. Peristiwa sesak nafas itu juga mengajarkan saya untuk tidak bangun pagi-pagi untuk melihat indeks tetapi berterima kasih pada Sang Khalik untuk hari baru itu. Bisa hidup dan bernyawa itu sebuah anugerah bukan upah dari sebuah investasi. Maka kalau saya jatuh dari kekayaan itu, saya pun tak berhak menggerutu.
Semua yang ada pada saya, bukan milik saya. Jadi kalau itu bukan milik saya, mengapa saya merasa keberatan dan merasa kehilangan? Kan katanya jodoh, hidup dan mati di tangan Tuhan dan bukan di tangan saya atau ahli ekonomi ternama bernama X, Y dan Z? Kalau pun akhirnya saya game over, itu pun saya tak bisa complain. Maka hidup seharusnya hanya dipenuhi ucapan syukur, bukan complain. Kalaupun saya kehilangan investasi saya dan ‘game over’, saya juga penuh dengan sukacita. Happy Thanksgiving!
Minggu, 26 Oktober 2008
Tenang Atasi Kepanikan Pasar
Tenang Atasi Kepanikan Pasar
Erry Firmansyah
Asteria
INILAH.COM, Jakarta – Terjunnya indeks saham domestik tak urung membuat pelaku pasar panik. Tapi untunglah otoritas bursa sigap menggelontorkan serangkaian kebijakan antisipatif. Semua ini tak terlepas dari peran Erry Firmansyah.
Ya, tangan dingin sang nahkoda, Erry Firmansyah turut menentramkan pasar. Sebagai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Erry termasuk narasumber penting yang mudah ditemui wartawan.
Sikapnya yang tenang dan rasional dalam memberi penjelasan merupakan nilai plus bagi investor yang mudah panik di tengah gonjang-ganjing pasar keuangan atas krisis finansial AS yang mendunia.
Lihat saja perdagangan pada Rabu (8/10) lalu, dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 168,052 poin (10,38%) ke posisi 1.451,669, terendah sejak September 2006. IHSG pun saat itu mencatat penurunan terburuk dibanding bursa-bursa dunia lain yang hanya merosot 4-5%.
Otoritas BEI pun memutuskan untuk menutup perdagangan saham pada sesi I mulai pukul 11.08 WIB. Ketika itu Erry memberi penjelasan bahwa, “Kejatuhan indeks yang cukup dalam hari ini tidak diiringi dengan volume transaksi yang mencukupi. Jadi bursa kita suspensi hari ini untuk menenangkan dan melihat lebih jauh,” ujarnya dengan nada datar.
Ia pun berusaha menenangkan investor dengan mengatakan bahwa irasionalitas pasar tidak hanya terjadi di bursa Indonesia. "Kalau kita lihat itu Singapura dan Nikkei yang biasanya bertahan itu juga bergerak tidak rasional, melihat gejala ini kami mensuspensi sesi kedua," tandasnya.
Namun, di balik sikapnya itu, pria kelahiran 18 September 1955 ini juga menunjukkan tanggung jawab sebagai salah satu petinggi pasar bursa. Sejak bursa disuspensi, ia melakukan koordinasi intensif dengan anggota bursa, pelaku pasar, pihak Bapepam-LK dan beberapa mentri terkait.
Ia juga harus aktif melakukan pemantauan terhadap beberapa sentimen eksternal penggerak bursa. Yang tak kalah bikin sibuknya adalah menerima deringan telpon ke HP-nya dari serombongan wartawan yang membutuhkan informasi dan langkah terkini tentang situasi yang dilakukan jajarannya.
Selama disuspensi, Erry menyiapkan berbagai peraturan untuk menopang penguatan IHSG saat dibuka lagi, seperti kebijakan buyback, mengesampingkan aturan marked to mark untuk dana pensiun dan asuransi serta menerapkan revisi aplikasi penghentian perdagangan sementara otomatis (auto rejection) menjadi 10% dari sebelumnya 30%.
Ini dilakukan untuk meredam anjloknya harga-harga saham di tengah kondisi bursa global yang terpuruk berlanjut pada jatuhnya IHSG. Penyuka mancing dan jogging di hari libur ini pun tetap optimistis kondisi pasar modal Indonesia segera pulih, meski ketidakpercayaan investor masih menyeruak.
"Kondisi sekarang memang lagi beragam, jadi saya tidak bisa memprediksikan. AS saja naik tapi turun lagi. Tapi yang jelas kami tetap optimistis market bisa segera pulih, biar banyak yang jual tapi yang long term kan juga banyak," katanya.
Keterlibatan Erry di lingkungan pasar modal sudah cukup lama. Setelah lulus sarjana akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1981, ia sempat duduk sebagai senior auditor pada kantor akuntan Drs Hadi Susanto & Co.
Selanjutnya pindah ke Grup Lippo dan menjadi salah seorang direktur pada 1998. Kemudian Erry menjadi regulator dari para emiten dengan menjadi Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Ajang pemilihan Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi BEI diikutinya pada 2002. Akhirnya, ia terpilih sebagai Dirut BEJ menggantikan Mas Achmad Daniri, hingga dua periode jabatan. Pada masa transisi bursa hasil penggabungan ini, Erry Firmansyah terpilih kembali dalam jajaran direksi BEI.
Banyak kalangan menyebut Erry sebagai lokomotif BEI yang secara tertib menarik gerbong-gerbongnya. Pasalnya, dialah yang mempunyai andil besar dalam perkembangan bursa dan membuat pasar saham Indonesia menjadi semarak (bullish).
"Kita berusaha membuat bagaimana investasi yang ada bisa aman dan nyaman. Itu yang kita lakukan. Selain tentu saja dengan melakukan pengawasan," katanya.
Sebagai orang yang mengetahui seluk-beluk pasar modal, Erry memanfaatkan imbal hasil tinggi di pasar modal dengan berinvestasi pada reksadana. Namun, direksi dan karyawan BEI serta badan regulator lainnya dilarang berinvestasi langsung pada saham karena berpotensi benturan kepentingan antara fungsi sebagai regulator dan investor.
Ayah dari dua orang putra ini sudah bertekad bulat menjadikan pasar modal sebagai lahan investasi yang menarik. Targetnya tidak muluk-muluk, hanya dua juta investor perorangan hingga akhir 2008. [E1]
Erry Firmansyah
Asteria
INILAH.COM, Jakarta – Terjunnya indeks saham domestik tak urung membuat pelaku pasar panik. Tapi untunglah otoritas bursa sigap menggelontorkan serangkaian kebijakan antisipatif. Semua ini tak terlepas dari peran Erry Firmansyah.
Ya, tangan dingin sang nahkoda, Erry Firmansyah turut menentramkan pasar. Sebagai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Erry termasuk narasumber penting yang mudah ditemui wartawan.
Sikapnya yang tenang dan rasional dalam memberi penjelasan merupakan nilai plus bagi investor yang mudah panik di tengah gonjang-ganjing pasar keuangan atas krisis finansial AS yang mendunia.
Lihat saja perdagangan pada Rabu (8/10) lalu, dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 168,052 poin (10,38%) ke posisi 1.451,669, terendah sejak September 2006. IHSG pun saat itu mencatat penurunan terburuk dibanding bursa-bursa dunia lain yang hanya merosot 4-5%.
Otoritas BEI pun memutuskan untuk menutup perdagangan saham pada sesi I mulai pukul 11.08 WIB. Ketika itu Erry memberi penjelasan bahwa, “Kejatuhan indeks yang cukup dalam hari ini tidak diiringi dengan volume transaksi yang mencukupi. Jadi bursa kita suspensi hari ini untuk menenangkan dan melihat lebih jauh,” ujarnya dengan nada datar.
Ia pun berusaha menenangkan investor dengan mengatakan bahwa irasionalitas pasar tidak hanya terjadi di bursa Indonesia. "Kalau kita lihat itu Singapura dan Nikkei yang biasanya bertahan itu juga bergerak tidak rasional, melihat gejala ini kami mensuspensi sesi kedua," tandasnya.
Namun, di balik sikapnya itu, pria kelahiran 18 September 1955 ini juga menunjukkan tanggung jawab sebagai salah satu petinggi pasar bursa. Sejak bursa disuspensi, ia melakukan koordinasi intensif dengan anggota bursa, pelaku pasar, pihak Bapepam-LK dan beberapa mentri terkait.
Ia juga harus aktif melakukan pemantauan terhadap beberapa sentimen eksternal penggerak bursa. Yang tak kalah bikin sibuknya adalah menerima deringan telpon ke HP-nya dari serombongan wartawan yang membutuhkan informasi dan langkah terkini tentang situasi yang dilakukan jajarannya.
Selama disuspensi, Erry menyiapkan berbagai peraturan untuk menopang penguatan IHSG saat dibuka lagi, seperti kebijakan buyback, mengesampingkan aturan marked to mark untuk dana pensiun dan asuransi serta menerapkan revisi aplikasi penghentian perdagangan sementara otomatis (auto rejection) menjadi 10% dari sebelumnya 30%.
Ini dilakukan untuk meredam anjloknya harga-harga saham di tengah kondisi bursa global yang terpuruk berlanjut pada jatuhnya IHSG. Penyuka mancing dan jogging di hari libur ini pun tetap optimistis kondisi pasar modal Indonesia segera pulih, meski ketidakpercayaan investor masih menyeruak.
"Kondisi sekarang memang lagi beragam, jadi saya tidak bisa memprediksikan. AS saja naik tapi turun lagi. Tapi yang jelas kami tetap optimistis market bisa segera pulih, biar banyak yang jual tapi yang long term kan juga banyak," katanya.
Keterlibatan Erry di lingkungan pasar modal sudah cukup lama. Setelah lulus sarjana akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1981, ia sempat duduk sebagai senior auditor pada kantor akuntan Drs Hadi Susanto & Co.
Selanjutnya pindah ke Grup Lippo dan menjadi salah seorang direktur pada 1998. Kemudian Erry menjadi regulator dari para emiten dengan menjadi Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Ajang pemilihan Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi BEI diikutinya pada 2002. Akhirnya, ia terpilih sebagai Dirut BEJ menggantikan Mas Achmad Daniri, hingga dua periode jabatan. Pada masa transisi bursa hasil penggabungan ini, Erry Firmansyah terpilih kembali dalam jajaran direksi BEI.
Banyak kalangan menyebut Erry sebagai lokomotif BEI yang secara tertib menarik gerbong-gerbongnya. Pasalnya, dialah yang mempunyai andil besar dalam perkembangan bursa dan membuat pasar saham Indonesia menjadi semarak (bullish).
"Kita berusaha membuat bagaimana investasi yang ada bisa aman dan nyaman. Itu yang kita lakukan. Selain tentu saja dengan melakukan pengawasan," katanya.
Sebagai orang yang mengetahui seluk-beluk pasar modal, Erry memanfaatkan imbal hasil tinggi di pasar modal dengan berinvestasi pada reksadana. Namun, direksi dan karyawan BEI serta badan regulator lainnya dilarang berinvestasi langsung pada saham karena berpotensi benturan kepentingan antara fungsi sebagai regulator dan investor.
Ayah dari dua orang putra ini sudah bertekad bulat menjadikan pasar modal sebagai lahan investasi yang menarik. Targetnya tidak muluk-muluk, hanya dua juta investor perorangan hingga akhir 2008. [E1]
Senin, 13 Oktober 2008
editorial media indonesia
Berpikir Cerdas Bertindak Cepat
KRISIS keuangan global sudah dan sedang terjadi. Tidak ada yang membantah bahwa dunia, termasuk Indonesia, sudah dilanda krisis itu. Belajar dari krisis tahun 1997/1998, pemerintah Indonesia sekarang semakin arif. Tidak percaya diri berlebihan, tetapi tidak juga cemas berkepanjangan. Yang paling penting, berpikir lebih cerdas dan bertindak lebih cepat. Sejauh menyangkut langkah antisipatif, pemerintah telah, bahkan terlalu banyak, menetapkan daftar keinginan berupa tujuh butir rekomendasi. Ditambah dengan 21 rekomendasi dari para pengusaha, daftar keinginan mengantisipasi krisis menggunung. Tetapi seperti diketahui, dari setiap kali krisis melanda, daftar keinginan saja tidak cukup. Yang jauh lebih penting adalah tindakan nyata yang cepat dan cerdas. Keinginan-keinginan yang begitu banyak tidak dengan sendirinya bisa dilaksanakan. Masih dibutuhkan tindakan administratif yang besar, regulasi yang banyak, dan penerapan yang berani. Salah satu contoh kecepatan dan keberanian dalam mengatasi krisis adalah dikeluarkannya peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang menaikkan jumlah simpanan yang dijamin pemerintah dari Rp100 juta menjadi Rp2 miliar. Pemerintah juga mengeluarkan Perppu tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Bank Indonesia No 3/2004 mengenai perluasan jenis aset bank yang bisa dijadikan agunan untuk memperoleh fasilitas pendanaan jangka pendek dari BI. Hal yang amat krusial dari setiap situasi krisis adalah kepercayaan. Kepercayaan tentang kemampuan pemerintah menjamin uang nasabah di lingkungan perbankan akan menimbulkan ketenangan, yang pada gilirannya tidak memaksa orang berbondong-bondong menarik dananya. Perluasan jenis aset bank yang bisa memperoleh fasilitas pendanaan jangka pendek dari BI menciptakan ketenangan di sektor perbankan juga. Bank-bank yang tidak memiliki SBI dan SUN tapi mempunyai banyak aset likuid bisa tenang menghadapi ancaman krisis. Karena seperti kita tahu, krisis keuangan selalu terjadi ketika masyarakat panik dan perbankan juga panik. Selama perbankan tenang, masyarakat juga tenang, krisis tidak perlu menghantam sebuah perekonomian terlalu sadis. Krisis-krisis yang berubah menjadi malapetaka biasanya dipicu kepanikan karena kehilangan kepercayaan terhadap lembaga-lembaga keuangan maupun kemampuan pemerintah mengatasinya. Selain menuntut--dan telah dibuktikan--aksi yang cepat dan cerdas, krisis juga bisa dihadapi dengan kesamaan sikap terhadap krisis itu sendiri. Di saat krisis, keteladanan negara menjadi penting. Kalau krisis sekarang memaksa kita untuk berhemat dan mengutamakan produk dalam negeri dan mengurangi nafsu impor sebesar-besarnya, itu harus diperlihatkan dengan sungguh-sungguh terutama oleh kaum elite. Oleh pemerintah, oleh elite politik, dan elite ekonomi. Dan, pada akhirnya oleh kita semua sebagai bangsa. Dalam hal common interest, kepentingan bersama, kita adalah bangsa yang amat longgar. Sikap terhadap dan selama krisis tidak konsisten di antara semua elemen. Rakyat diberi tahu tentang krisis, tetapi pemerintah dan kalangan elite berfoya-foya dengan anggaran dan kegiatan akal-akalan. Rakyat diberi tahu tentang krisis, oknum-oknum pemerintah dan kalangan pengusaha melarikan modal ke luar negeri.
KRISIS keuangan global sudah dan sedang terjadi. Tidak ada yang membantah bahwa dunia, termasuk Indonesia, sudah dilanda krisis itu. Belajar dari krisis tahun 1997/1998, pemerintah Indonesia sekarang semakin arif. Tidak percaya diri berlebihan, tetapi tidak juga cemas berkepanjangan. Yang paling penting, berpikir lebih cerdas dan bertindak lebih cepat. Sejauh menyangkut langkah antisipatif, pemerintah telah, bahkan terlalu banyak, menetapkan daftar keinginan berupa tujuh butir rekomendasi. Ditambah dengan 21 rekomendasi dari para pengusaha, daftar keinginan mengantisipasi krisis menggunung. Tetapi seperti diketahui, dari setiap kali krisis melanda, daftar keinginan saja tidak cukup. Yang jauh lebih penting adalah tindakan nyata yang cepat dan cerdas. Keinginan-keinginan yang begitu banyak tidak dengan sendirinya bisa dilaksanakan. Masih dibutuhkan tindakan administratif yang besar, regulasi yang banyak, dan penerapan yang berani. Salah satu contoh kecepatan dan keberanian dalam mengatasi krisis adalah dikeluarkannya peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang menaikkan jumlah simpanan yang dijamin pemerintah dari Rp100 juta menjadi Rp2 miliar. Pemerintah juga mengeluarkan Perppu tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Bank Indonesia No 3/2004 mengenai perluasan jenis aset bank yang bisa dijadikan agunan untuk memperoleh fasilitas pendanaan jangka pendek dari BI. Hal yang amat krusial dari setiap situasi krisis adalah kepercayaan. Kepercayaan tentang kemampuan pemerintah menjamin uang nasabah di lingkungan perbankan akan menimbulkan ketenangan, yang pada gilirannya tidak memaksa orang berbondong-bondong menarik dananya. Perluasan jenis aset bank yang bisa memperoleh fasilitas pendanaan jangka pendek dari BI menciptakan ketenangan di sektor perbankan juga. Bank-bank yang tidak memiliki SBI dan SUN tapi mempunyai banyak aset likuid bisa tenang menghadapi ancaman krisis. Karena seperti kita tahu, krisis keuangan selalu terjadi ketika masyarakat panik dan perbankan juga panik. Selama perbankan tenang, masyarakat juga tenang, krisis tidak perlu menghantam sebuah perekonomian terlalu sadis. Krisis-krisis yang berubah menjadi malapetaka biasanya dipicu kepanikan karena kehilangan kepercayaan terhadap lembaga-lembaga keuangan maupun kemampuan pemerintah mengatasinya. Selain menuntut--dan telah dibuktikan--aksi yang cepat dan cerdas, krisis juga bisa dihadapi dengan kesamaan sikap terhadap krisis itu sendiri. Di saat krisis, keteladanan negara menjadi penting. Kalau krisis sekarang memaksa kita untuk berhemat dan mengutamakan produk dalam negeri dan mengurangi nafsu impor sebesar-besarnya, itu harus diperlihatkan dengan sungguh-sungguh terutama oleh kaum elite. Oleh pemerintah, oleh elite politik, dan elite ekonomi. Dan, pada akhirnya oleh kita semua sebagai bangsa. Dalam hal common interest, kepentingan bersama, kita adalah bangsa yang amat longgar. Sikap terhadap dan selama krisis tidak konsisten di antara semua elemen. Rakyat diberi tahu tentang krisis, tetapi pemerintah dan kalangan elite berfoya-foya dengan anggaran dan kegiatan akal-akalan. Rakyat diberi tahu tentang krisis, oknum-oknum pemerintah dan kalangan pengusaha melarikan modal ke luar negeri.
Kamis, 09 Oktober 2008
STRATEGI INVESTASI BUAT INVESTOR
1. Beli di Pasar Perdana, Jual Begitu Masuk di Pasar SekunderStrategi ini digunakan karena adanya keyakinan investor bahwa harga akan naik begitu suatu saham dicatatkan di bursa efek. Hal ini dilandasi dengan asumsi bahwa underwriter tidak akan membiarkan harga jatuh pada minggu pertama di pasar sekunder. Dalam strategi membeli di pasar perdana dan menjual di pasar sekunder ini banyak sudah contoh yang bisa diambil. Kendati anggapan bahwa underwriter tidak membiarkan harga akan jatuh pada hari-hari pertama di pasar sekunder, ada benarnya juga tapi dalam menerapkan strategi ini investor juga tetap berpedoman pada harga saham yang akan dilepas dengan harga saham sejenis yang sudah tercatat. Perbandingan harga ini perlu menjadi perhatian, karena bisa saja harga saham IPO lebih rendah ketimbang saham yang sudah tercatat atau sebaliknya. Untuk itu, investor perlu membandingkan harga dengan pendapatan kedua saham tersebut yang akan dilepas dengan saham yang sudah tercatat. Kendati tidak selamanya benar, tapi banyak pelaku pasar yang beranggapan bahwa strategi membeli di perdana dan jual di sekunder ini cocok bila diterapkan pada waktu pasar sedang bullish (harga-harga saham di pasar sekunder sedang naik).
2. Strategi Beli dan Simpan (Buy and Hold)Strategi ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang selama jangka panjang, misalnya perusahaan yang produknya sangat strategis. Umumnya strategi ini juga cocok digunakan pada saat harga mencapai titik terendah atau umumnya pasar sedang bearish (harga-harga saham sangat rendah).
3. Strategi BerpindahStrategi ini digunakan oleh investor yang aktif mengikuti perkembangan pasar. Tujuannya adalah memanfaatkan peluang kemungkinan naiknya harga saham lain dengan harapan pemodal tersebut memperoleh capital gain dalam waktu singkat. Dalam jangka panjang, strategi ini bertujuan mengubah jenis saham yang dimiliki, dengan harapan saham lain lebih prospektif. Strategi ini cocok digunakan pada saham-saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek (likuid).
4. Strategi Mengurangi Kerugian (Cut Loss)Strategi ini digunakan untuk mengurangi kerugian atas pembelian saham yaitu dengan cara menjual saham yang sebelumnya dimiliki dan mengganti dengan saham lain (berpindah), cara lainnya yaitu dengan membeli saham sejenis seperti yang dipegang sebelumnya pada waktu harganya rendah dan melepaskannya kembali pada waktu harganya naik. Sehingga kerugian pada saat membeli diwaktu harga tinggi dapat dikurangi (cut loss).
5. Membeli Saham-saham TidurStrategi membeli saham-saham tidur maksudnya membeli saham-saham yang tidak aktif, karena biasanya saham-saham yang tidak aktif sering luput dari perhatian orang banyak, sehingga cenderung harganya murah. Tipe pemodal yang sabar cocok membeli saham-saham yang tidak aktif tersebut, sebab pada umumnya potensi keuntungan pada saham yang demikian ini akan nampak dalam jangka waktu yang lama. Strategi ini beresiko sangat tinggi. Sebaiknya melakukan penelitian dan
6. Strategi Konsentrasi pada IndustriInvestor yang memusatkan perhatiannya pada perkembangan industri tertentu, karena lebih mengetahui kondisi, mekanisme kerja dari perusahaan yang berada pada industri tersebut, tren industri dan sebagainya. Strategi investasi dengan cara ini adalah memilih saham-saham yang terbaik pada industri tersebut.
7. Strategi Membeli PasarSeorang pemodal dikatakan melakukan strategi membeli pasar, apabila investor secara relatif proporsional ke dalam saham-saham yang ada di bursa efek, misalnya 50 persen jenis saham yang tecatat di bursa efek. Strategi ini mungkin kurang tepat bagi investor kecil, karena untuk melaksanakan strategi ini tentunya membutuhkan dana yang besar. strategi ini biasa dikenal dengan sebutan "BANDARAN"
8. Strategi Membeli Melalui Reksadana atau melalui discre accountStrategi ini dilakukan dengan mempercayakan pengelolaan dana yang dimiliki oleh investor kepada suatu lembaga yang disebut reksa dana. Reksa dana akan melakukan penyebaran investasi untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu dan meminimumkan risiko.Sedangkan melalui discre account pengelolanya dapat melalui lembaga ataupun perorangan profesional baik dengan perjanjian tingkat pengembalian investasi, bagi hasil ataupun lainnya. Biasanya bila pengelola discre yang profesional mampu memberikan tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga saham gabungan
Disadur dari okezone dot com
2. Strategi Beli dan Simpan (Buy and Hold)Strategi ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang selama jangka panjang, misalnya perusahaan yang produknya sangat strategis. Umumnya strategi ini juga cocok digunakan pada saat harga mencapai titik terendah atau umumnya pasar sedang bearish (harga-harga saham sangat rendah).
3. Strategi BerpindahStrategi ini digunakan oleh investor yang aktif mengikuti perkembangan pasar. Tujuannya adalah memanfaatkan peluang kemungkinan naiknya harga saham lain dengan harapan pemodal tersebut memperoleh capital gain dalam waktu singkat. Dalam jangka panjang, strategi ini bertujuan mengubah jenis saham yang dimiliki, dengan harapan saham lain lebih prospektif. Strategi ini cocok digunakan pada saham-saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek (likuid).
4. Strategi Mengurangi Kerugian (Cut Loss)Strategi ini digunakan untuk mengurangi kerugian atas pembelian saham yaitu dengan cara menjual saham yang sebelumnya dimiliki dan mengganti dengan saham lain (berpindah), cara lainnya yaitu dengan membeli saham sejenis seperti yang dipegang sebelumnya pada waktu harganya rendah dan melepaskannya kembali pada waktu harganya naik. Sehingga kerugian pada saat membeli diwaktu harga tinggi dapat dikurangi (cut loss).
5. Membeli Saham-saham TidurStrategi membeli saham-saham tidur maksudnya membeli saham-saham yang tidak aktif, karena biasanya saham-saham yang tidak aktif sering luput dari perhatian orang banyak, sehingga cenderung harganya murah. Tipe pemodal yang sabar cocok membeli saham-saham yang tidak aktif tersebut, sebab pada umumnya potensi keuntungan pada saham yang demikian ini akan nampak dalam jangka waktu yang lama. Strategi ini beresiko sangat tinggi. Sebaiknya melakukan penelitian dan
6. Strategi Konsentrasi pada IndustriInvestor yang memusatkan perhatiannya pada perkembangan industri tertentu, karena lebih mengetahui kondisi, mekanisme kerja dari perusahaan yang berada pada industri tersebut, tren industri dan sebagainya. Strategi investasi dengan cara ini adalah memilih saham-saham yang terbaik pada industri tersebut.
7. Strategi Membeli PasarSeorang pemodal dikatakan melakukan strategi membeli pasar, apabila investor secara relatif proporsional ke dalam saham-saham yang ada di bursa efek, misalnya 50 persen jenis saham yang tecatat di bursa efek. Strategi ini mungkin kurang tepat bagi investor kecil, karena untuk melaksanakan strategi ini tentunya membutuhkan dana yang besar. strategi ini biasa dikenal dengan sebutan "BANDARAN"
8. Strategi Membeli Melalui Reksadana atau melalui discre accountStrategi ini dilakukan dengan mempercayakan pengelolaan dana yang dimiliki oleh investor kepada suatu lembaga yang disebut reksa dana. Reksa dana akan melakukan penyebaran investasi untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu dan meminimumkan risiko.Sedangkan melalui discre account pengelolanya dapat melalui lembaga ataupun perorangan profesional baik dengan perjanjian tingkat pengembalian investasi, bagi hasil ataupun lainnya. Biasanya bila pengelola discre yang profesional mampu memberikan tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga saham gabungan
Disadur dari okezone dot com
Selasa, 07 Oktober 2008
Singing in the Rain
Singing in the Rain
Sebelum menulis artikel mini untuk bulan ini, saya berpikir masak ada yang masih mau percaya sama tulisan ini untuk meyakinkan bahwa investasi harus tetap berjalan, setelah ‘banjir badang’ meluluhlantahkan perekonomian dunia. Dan menyisakan kebingungan, kemana lagi mengembangkan uang di kantong, supaya tetap tebal dan bertambah tebal. Apalagi judul artikel ini tampak seperti orang tak tahu diri.
Keyakinan yang berlebihan kata teman saya juga membahayakan. Masak bisa nari-nari dan bersukacita di tengah hujan. Kalau hujannya kecil dan membuat panas bumi khususnya di Jakarta, menjadi adem, dan tak membuat orang kelimpungan seperti teman saya yang kebanjiran, sehingga air masuk ke rumahnya dan merusak koleksi tas dan baju bermerknya, yaaa….itu disebut berkah. Tetapi bagaimana bisa bernyanyi kalau ada banjir badang?
Saya menulis artikel ini diketinggian tiga puluh tiga ribu kaki, dari liburan di pulau Dewata kembali ke dalam panasnya Jakarta, sambil ditemani makan pagi yang sama sekali tak menggairahkan. Keberadaan saya di dalam pesawat memberi inspirasi saya untuk mengaitkannya dengan tulisan bulan ini. Semoga terasa korelasinya, karena saya ini IQnya juga agak jongkok. Makin jongkok kalau di atas ketinggian seperti ini.
Sudah bertahun lamanya saya naik kapal terbang, dan selama itu saya tak pernah mengecek ke dalam cockpit, apakah ada pilot dan co-pilotnya. Saya hanya berasumsi bahwa mereka ada, tanpa melihat dengan mata kepala sendiri. Saya melatih untuk percaya pada sesuatu yang tak saya lihat, yang saya asumsikan ada. Kemudian saya bertanya mengapa saya bisa menggantungkan keyakinan pada sesuatu yang tak saya lihat, dan percaya bahwa dalam waktu satu jam setengah saya tiba di pulau dewata dari Jakarta? Mengapa keyakinan itu tak bisa saya terapkan pada Sang Khalik mengenai hidup saya, kondisi keuangan saya di masa depan? Bukankah kedua-duanya sama-sama tak terlihat?
Selama terbang, selalu saja ada kondisi dimana burung besi itu memasuki cuaca kurang baik. Ada turbulensi, yang bisa ringan tapi bisa berat seperti yang dialami salah satu maskapai penerbangan yang anjlok di atas Filipina, dan membuat dua penumpangnya patah tulang. Saat gangguan itu terjadi, mungkinkah saya mohon pertolongan pada pramugari atau berbicara dengan pilotnya, kalau saya ini takut, dan kemudian memintanya untuk menurunkan saya di Cirebon saja, karena perjalanan ke Denpasar dari Jakarta masih lama dan membuat jantung saya empot-empotan? Tidak bisa, bukan? Saya tetap harus ada diketinggian itu bersama semua awak pesawat dan penumpang, memasuki kawasan turbulensi itu. Tanpa protes. Ringan ataupun berat, bahkan dalam kasus ekstrim berakhir di dalam laut.
Dan saat turbulensi yang membuat jantung empot-empotan terjadi, saya hanya bisa melakukan dua hal. Mematuhi aturan main penerbangan, artinya saya harus mengikuti instruksi fasten your seat belt dan berdoa. Berdoa? Di atas ketinggian dan ketakutan, saya baru ingat berdoa. Saya baru melatih mulut saya komat kamit. Bahkan mungkin saya yang jarang membaca kitab suci ini, bisa tiba-tiba hafal semua ayat.
Di saat genting, saya baru ingat Sang Khalik. Selamatnya, Sang Khalik tidak protes atas kelakuan saya yang hanya menganggapNya seperti 911, hanya ingat kalau ada perlunya saja. Selamatnya lagi, Ia tak mengirimkan pelangi dengan tulisan besar di langit, ”Maksud Loh?”. Begitulah, saya tak pernah melibatkan Sang Khalik di dalam urusan duniawi termasuk saat saya berinvestasi.
Saya pikir dengan otak dan kemampuan berhitung dan forcasting, saya tak memerlukan petunjuk di Atas dan mematuhinya. Saya terlalu sombong, saya bahkan lupa kemampuan saya itu datangnya dari Sang Pencipta. Saya bahkan lupa kalau setiap pagi saya bisa bangun dan bernyawa, itu juga bukan karena hebatnya saya. Itu sebuah anugerah Sang Pencipta buat saya yang selalu mengaggapnya sebagai 911.
Saya lebih patuh kalau disuruh fasten your seat belt. Itu mengapa salah satu teman saya yang ahli keuangan pernah mengatakan di hari jatuhnya Lehman Brothers, dan ‘brother-brother’ yang lainnya, ia berkata “Doa, Sam. Doa”.
Maka berdoalah terlebih dahulu. Mintalah petunjuk Sang Pencipta apakah keputusan Anda itu direstui. Kemudian Anda tanya lagi, wah….repot kelamaan, tak ada jawaban. Saya dahulu seperti itu, tetapi sekarang saya melatih untuk mendengar, melatih untuk sering mengunjungiNya, sama seperti bertahun lamanya saya melatih kepala saya untuk percaya pada pilot yang tak pernah saya lihat, tak pernah saya kenal dan yang hanya saya asumsikan saja keberadaannya.
Saya selalu berpikir bertahun lamanya, bahwa Sang Pencipta dan Manajer Investasi itu, tak bisa dijadikan satu tim kuat, satu pasangan yang kokoh untuk membantu agar investasi saya berkembang dan subur dan bertambah tebal.
Saya selalu protes pada Sang Pencipta, mengapa keadaan keuangan saya seperti ini, mengapa saham anjlok, mengapa ini dan mengapa itu. Nurani saya kemudian bertanya, mengapa saya tak pernah protes ke kantor maskapai penerbangan, kalau selama perjalanan pesawatnya gonjang ganjing sehingga saya menjadi tidak nyaman dan deg-degan? Mengapa protes tak pernah terjadi, kalau menunya tidak enak, tak seperti restoran bintang lima? Mengapa saya diam saja dan mengatakan itu bukan salah maskapainya, itu salah udaranya.
Dan kalau saya dan Anda bisa seperti itu, maksud saya bisa bertahun lamanya naik kapal terbang dengan sejuta turbulensinya, dan diam saja dan tidak kapok naik pesawat, bahkan telah membaca ada yang nyungsep di dasar laut, maka judul artikel ini bisa Anda lakoni. Selamat benyanyi di hari kelabu!
Catatan Kaki:Ini pesan soal investasi dari manusia terkaya di dunia yang mampu menggeser kedudukan Bill Gates selama tiga belas tahun, Pak Warren Buffett. "You should look at stocks as small pieces of business. Look at market fluctuations as your FRIEND rather than your ENEMY.""When PROPER temperament joins with PROPER intellectual framework, then you get rational behavior."
Langganan:
Postingan (Atom)