Minggu, 09 November 2008

artikel

Thanksgiving

Sekarang kalau Anda membaca tulisan saya seperti tak ada gunanya. Kondisi di dunia riil terlalu gonjang ganjing. Apa masih ada waktu untuk berpositif ria? Mau dikemanakan uang saya. Apalagi buat mereka yang kehilangan gara-gara indeks terjun bebas seperti air terjun di Niagara atau pesawat yang nyemplung ke dalam laut. Saya saja kehilangan lebih dari lima puluh persen dari apa yang saya investasikan. Sejuta alasan diungkapkan, agar saya tak putus asa. Dari penjelasan koran, berita elektronik sampai ada yang mengirimkan saya email lanjutan dari salah satu ahli keuangan.
Nah, sekarang saya mau mencoba menyakinkan Anda lewat tulisan ini, bukan sebagai ahli ekonomi atau apapun itu. Kalau pun Anda merasa artikel ini juga cuma artikel tak bermutu, tak masalah juga. Dalam hidup ini, Anda tak selalu harus serius, nanti tambah pusing. Anggap saja tulisan ini sebagai medium untuk menghibur Anda yang sedang sesak nafas, dari seorang yang dulu pernah sesak nafas saat semua berjalan lancar, dan sesak nafas lagi saat ketika semua begitu tak pastinya, seperti harga emas yang sangat fluktuatif dan tak pasti. Ada yang enak kalau naik turun, tetapi itu bukan di sini tempatnya. Meski keduanya punya risiko.
Kemudian Anda bertanya lagi dalam hati, mengapa saya harus mendengarkan orang yang pernah sesak nafas dua kali untuk memberitahu atau katakan menghibur saya? Saya pastikan saya tak akan membuat Anda sesak nafas lebih berat lagi. Kalau setelah membaca artikel ini, ternyata mata Anda mulai kabur membaca kalimat demi kalimat, kepala mulai cenut-cenut dan tekanan darah Anda tinggi atau anjlok seperti indeks dan harga minyak, maka saya sarankan cepatlah berhenti membaca tulisan ini.
Sesak nafas pertama saya terjadi tiga tahun lalu saat dokter memvonis saya harus melakukan transplantasi ginjal yang sebelumnya dimulai dengan proses cuci darah. Saat itu saya menganggap hidup ini tidak adil. Hidup yang tidak menyenangkan. Dimanakah Anda saat itu? saat saya terbaring tak berdaya? Bisa jadi di antara Anda, ada yang sedang menikmati investasi Anda. Saat itu Anda tak complain bahkan berterimakasih pada Tuhan dan manajer investasi Anda yang membuat Anda tertawa dan tertiwi.
Sekarang saya dibuat sesak nafas lagi. Bukan dengan transplantasi ginjal tetapi dengan kehilangan investasi. Tetapi mengapa saya biasa-biasa saja? Mungkin karena nilai investasi saya ecek-ecek, tetapi juga gara-gara peristiwa sesak nafas tiga tahun lalu yang sampai menggiring saya di antara hidup dan mati, bukan hanya kehilangan 200 milyar atau 50 juta rupiah. Hidup dan mati. Itu mengerikan, karena saya masih ingin hidup bahkan saya tak mau mati. Mengetahui bahwa nyawa Anda dalam hitungan dokter. Meski saya sekarang selamat.
Peristiwa sesak nafas pertama yang dahulu saya katakan tidak adil itu, sekarang menjadikan saya manusia yang tak gampang menyerah. Saya merasa peristiwa masa lalu itu adil sekali. Saya telah diberi kesempatan mengalami hal terburuk hanya untuk menjadikan saya manusia yang tahu bahwa kemanusiaan saya itu tak ada apa-apanya. Tuhan itu di atas segalanya. Saya belajar menjadi lebih berani melihat hidup dari segala sisi, bukan hanya dari sisi kelamnya saja. Maka sekarang saya bisa membenarkan selalu saja ada hal yang indah setelah hari hujan.
Itu semua bisa dirasakan kalau saya mau melihatnya demikian. Sama seperti kalau saya ada di ruang gelap, dan hanya ada satu titik terang, maka saya akan meloncat pindah ke titik terang yang secuil itu dari pada saya berkutat di ruang gelap yang luas. Karena titik kecil yang terang itu menjadi begitu benderangnya di tengah gelap yang kelam. Persis seperti saat saya di New York, datang ke klab malam khusus untuk mereka yang berkulit hitam, saya datang sebagai manusia Cina berkulit putih kecil meski tak imut, saya menjadi bintang di tengah ‘kegelapan’ itu. Saya menjadi primadona meski tak ada yang mendatangi saya.
Sesak nafas pertama mengajarkan saya sekarang ini mengucapkan terimakasih pada Sang Khalik dalam segala cuaca dan situasi. Peristiwa sesak nafas itu juga mengajarkan saya untuk tidak bangun pagi-pagi untuk melihat indeks tetapi berterima kasih pada Sang Khalik untuk hari baru itu. Bisa hidup dan bernyawa itu sebuah anugerah bukan upah dari sebuah investasi. Maka kalau saya jatuh dari kekayaan itu, saya pun tak berhak menggerutu.
Semua yang ada pada saya, bukan milik saya. Jadi kalau itu bukan milik saya, mengapa saya merasa keberatan dan merasa kehilangan? Kan katanya jodoh, hidup dan mati di tangan Tuhan dan bukan di tangan saya atau ahli ekonomi ternama bernama X, Y dan Z? Kalau pun akhirnya saya game over, itu pun saya tak bisa complain. Maka hidup seharusnya hanya dipenuhi ucapan syukur, bukan complain. Kalaupun saya kehilangan investasi saya dan ‘game over’, saya juga penuh dengan sukacita. Happy Thanksgiving!

Minggu, 26 Oktober 2008

Tenang Atasi Kepanikan Pasar

Tenang Atasi Kepanikan Pasar
Erry Firmansyah
Asteria

INILAH.COM, Jakarta – Terjunnya indeks saham domestik tak urung membuat pelaku pasar panik. Tapi untunglah otoritas bursa sigap menggelontorkan serangkaian kebijakan antisipatif. Semua ini tak terlepas dari peran Erry Firmansyah.
Ya, tangan dingin sang nahkoda, Erry Firmansyah turut menentramkan pasar. Sebagai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Erry termasuk narasumber penting yang mudah ditemui wartawan.
Sikapnya yang tenang dan rasional dalam memberi penjelasan merupakan nilai plus bagi investor yang mudah panik di tengah gonjang-ganjing pasar keuangan atas krisis finansial AS yang mendunia.
Lihat saja perdagangan pada Rabu (8/10) lalu, dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 168,052 poin (10,38%) ke posisi 1.451,669, terendah sejak September 2006. IHSG pun saat itu mencatat penurunan terburuk dibanding bursa-bursa dunia lain yang hanya merosot 4-5%.
Otoritas BEI pun memutuskan untuk menutup perdagangan saham pada sesi I mulai pukul 11.08 WIB. Ketika itu Erry memberi penjelasan bahwa, “Kejatuhan indeks yang cukup dalam hari ini tidak diiringi dengan volume transaksi yang mencukupi. Jadi bursa kita suspensi hari ini untuk menenangkan dan melihat lebih jauh,” ujarnya dengan nada datar.
Ia pun berusaha menenangkan investor dengan mengatakan bahwa irasionalitas pasar tidak hanya terjadi di bursa Indonesia. "Kalau kita lihat itu Singapura dan Nikkei yang biasanya bertahan itu juga bergerak tidak rasional, melihat gejala ini kami mensuspensi sesi kedua," tandasnya.
Namun, di balik sikapnya itu, pria kelahiran 18 September 1955 ini juga menunjukkan tanggung jawab sebagai salah satu petinggi pasar bursa. Sejak bursa disuspensi, ia melakukan koordinasi intensif dengan anggota bursa, pelaku pasar, pihak Bapepam-LK dan beberapa mentri terkait.
Ia juga harus aktif melakukan pemantauan terhadap beberapa sentimen eksternal penggerak bursa. Yang tak kalah bikin sibuknya adalah menerima deringan telpon ke HP-nya dari serombongan wartawan yang membutuhkan informasi dan langkah terkini tentang situasi yang dilakukan jajarannya.
Selama disuspensi, Erry menyiapkan berbagai peraturan untuk menopang penguatan IHSG saat dibuka lagi, seperti kebijakan buyback, mengesampingkan aturan marked to mark untuk dana pensiun dan asuransi serta menerapkan revisi aplikasi penghentian perdagangan sementara otomatis (auto rejection) menjadi 10% dari sebelumnya 30%.
Ini dilakukan untuk meredam anjloknya harga-harga saham di tengah kondisi bursa global yang terpuruk berlanjut pada jatuhnya IHSG. Penyuka mancing dan jogging di hari libur ini pun tetap optimistis kondisi pasar modal Indonesia segera pulih, meski ketidakpercayaan investor masih menyeruak.
"Kondisi sekarang memang lagi beragam, jadi saya tidak bisa memprediksikan. AS saja naik tapi turun lagi. Tapi yang jelas kami tetap optimistis market bisa segera pulih, biar banyak yang jual tapi yang long term kan juga banyak," katanya.
Keterlibatan Erry di lingkungan pasar modal sudah cukup lama. Setelah lulus sarjana akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1981, ia sempat duduk sebagai senior auditor pada kantor akuntan Drs Hadi Susanto & Co.
Selanjutnya pindah ke Grup Lippo dan menjadi salah seorang direktur pada 1998. Kemudian Erry menjadi regulator dari para emiten dengan menjadi Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Ajang pemilihan Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi BEI diikutinya pada 2002. Akhirnya, ia terpilih sebagai Dirut BEJ menggantikan Mas Achmad Daniri, hingga dua periode jabatan. Pada masa transisi bursa hasil penggabungan ini, Erry Firmansyah terpilih kembali dalam jajaran direksi BEI.
Banyak kalangan menyebut Erry sebagai lokomotif BEI yang secara tertib menarik gerbong-gerbongnya. Pasalnya, dialah yang mempunyai andil besar dalam perkembangan bursa dan membuat pasar saham Indonesia menjadi semarak (bullish).
"Kita berusaha membuat bagaimana investasi yang ada bisa aman dan nyaman. Itu yang kita lakukan. Selain tentu saja dengan melakukan pengawasan," katanya.
Sebagai orang yang mengetahui seluk-beluk pasar modal, Erry memanfaatkan imbal hasil tinggi di pasar modal dengan berinvestasi pada reksadana. Namun, direksi dan karyawan BEI serta badan regulator lainnya dilarang berinvestasi langsung pada saham karena berpotensi benturan kepentingan antara fungsi sebagai regulator dan investor.
Ayah dari dua orang putra ini sudah bertekad bulat menjadikan pasar modal sebagai lahan investasi yang menarik. Targetnya tidak muluk-muluk, hanya dua juta investor perorangan hingga akhir 2008. [E1]

Senin, 13 Oktober 2008

editorial media indonesia

Berpikir Cerdas Bertindak Cepat

KRISIS keuangan global sudah dan sedang terjadi. Tidak ada yang membantah bahwa dunia, termasuk Indonesia, sudah dilanda krisis itu. Belajar dari krisis tahun 1997/1998, pemerintah Indonesia sekarang semakin arif. Tidak percaya diri berlebihan, tetapi tidak juga cemas berkepanjangan. Yang paling penting, berpikir lebih cerdas dan bertindak lebih cepat. Sejauh menyangkut langkah antisipatif, pemerintah telah, bahkan terlalu banyak, menetapkan daftar keinginan berupa tujuh butir rekomendasi. Ditambah dengan 21 rekomendasi dari para pengusaha, daftar keinginan mengantisipasi krisis menggunung. Tetapi seperti diketahui, dari setiap kali krisis melanda, daftar keinginan saja tidak cukup. Yang jauh lebih penting adalah tindakan nyata yang cepat dan cerdas. Keinginan-keinginan yang begitu banyak tidak dengan sendirinya bisa dilaksanakan. Masih dibutuhkan tindakan administratif yang besar, regulasi yang banyak, dan penerapan yang berani. Salah satu contoh kecepatan dan keberanian dalam mengatasi krisis adalah dikeluarkannya peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang menaikkan jumlah simpanan yang dijamin pemerintah dari Rp100 juta menjadi Rp2 miliar. Pemerintah juga mengeluarkan Perppu tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Bank Indonesia No 3/2004 mengenai perluasan jenis aset bank yang bisa dijadikan agunan untuk memperoleh fasilitas pendanaan jangka pendek dari BI. Hal yang amat krusial dari setiap situasi krisis adalah kepercayaan. Kepercayaan tentang kemampuan pemerintah menjamin uang nasabah di lingkungan perbankan akan menimbulkan ketenangan, yang pada gilirannya tidak memaksa orang berbondong-bondong menarik dananya. Perluasan jenis aset bank yang bisa memperoleh fasilitas pendanaan jangka pendek dari BI menciptakan ketenangan di sektor perbankan juga. Bank-bank yang tidak memiliki SBI dan SUN tapi mempunyai banyak aset likuid bisa tenang menghadapi ancaman krisis. Karena seperti kita tahu, krisis keuangan selalu terjadi ketika masyarakat panik dan perbankan juga panik. Selama perbankan tenang, masyarakat juga tenang, krisis tidak perlu menghantam sebuah perekonomian terlalu sadis. Krisis-krisis yang berubah menjadi malapetaka biasanya dipicu kepanikan karena kehilangan kepercayaan terhadap lembaga-lembaga keuangan maupun kemampuan pemerintah mengatasinya. Selain menuntut--dan telah dibuktikan--aksi yang cepat dan cerdas, krisis juga bisa dihadapi dengan kesamaan sikap terhadap krisis itu sendiri. Di saat krisis, keteladanan negara menjadi penting. Kalau krisis sekarang memaksa kita untuk berhemat dan mengutamakan produk dalam negeri dan mengurangi nafsu impor sebesar-besarnya, itu harus diperlihatkan dengan sungguh-sungguh terutama oleh kaum elite. Oleh pemerintah, oleh elite politik, dan elite ekonomi. Dan, pada akhirnya oleh kita semua sebagai bangsa. Dalam hal common interest, kepentingan bersama, kita adalah bangsa yang amat longgar. Sikap terhadap dan selama krisis tidak konsisten di antara semua elemen. Rakyat diberi tahu tentang krisis, tetapi pemerintah dan kalangan elite berfoya-foya dengan anggaran dan kegiatan akal-akalan. Rakyat diberi tahu tentang krisis, oknum-oknum pemerintah dan kalangan pengusaha melarikan modal ke luar negeri.

Kamis, 09 Oktober 2008

STRATEGI INVESTASI BUAT INVESTOR

1. Beli di Pasar Perdana, Jual Begitu Masuk di Pasar SekunderStrategi ini digunakan karena adanya keyakinan investor bahwa harga akan naik begitu suatu saham dicatatkan di bursa efek. Hal ini dilandasi dengan asumsi bahwa underwriter tidak akan membiarkan harga jatuh pada minggu pertama di pasar sekunder. Dalam strategi membeli di pasar perdana dan menjual di pasar sekunder ini banyak sudah contoh yang bisa diambil. Kendati anggapan bahwa underwriter tidak membiarkan harga akan jatuh pada hari-hari pertama di pasar sekunder, ada benarnya juga tapi dalam menerapkan strategi ini investor juga tetap berpedoman pada harga saham yang akan dilepas dengan harga saham sejenis yang sudah tercatat. Perbandingan harga ini perlu menjadi perhatian, karena bisa saja harga saham IPO lebih rendah ketimbang saham yang sudah tercatat atau sebaliknya. Untuk itu, investor perlu membandingkan harga dengan pendapatan kedua saham tersebut yang akan dilepas dengan saham yang sudah tercatat. Kendati tidak selamanya benar, tapi banyak pelaku pasar yang beranggapan bahwa strategi membeli di perdana dan jual di sekunder ini cocok bila diterapkan pada waktu pasar sedang bullish (harga-harga saham di pasar sekunder sedang naik).

2. Strategi Beli dan Simpan (Buy and Hold)Strategi ini digunakan oleh investor karena berkeyakinan bahwa suatu perusahaan akan berkembang selama jangka panjang, misalnya perusahaan yang produknya sangat strategis. Umumnya strategi ini juga cocok digunakan pada saat harga mencapai titik terendah atau umumnya pasar sedang bearish (harga-harga saham sangat rendah).

3. Strategi BerpindahStrategi ini digunakan oleh investor yang aktif mengikuti perkembangan pasar. Tujuannya adalah memanfaatkan peluang kemungkinan naiknya harga saham lain dengan harapan pemodal tersebut memperoleh capital gain dalam waktu singkat. Dalam jangka panjang, strategi ini bertujuan mengubah jenis saham yang dimiliki, dengan harapan saham lain lebih prospektif. Strategi ini cocok digunakan pada saham-saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek (likuid).

4. Strategi Mengurangi Kerugian (Cut Loss)Strategi ini digunakan untuk mengurangi kerugian atas pembelian saham yaitu dengan cara menjual saham yang sebelumnya dimiliki dan mengganti dengan saham lain (berpindah), cara lainnya yaitu dengan membeli saham sejenis seperti yang dipegang sebelumnya pada waktu harganya rendah dan melepaskannya kembali pada waktu harganya naik. Sehingga kerugian pada saat membeli diwaktu harga tinggi dapat dikurangi (cut loss).

5. Membeli Saham-saham TidurStrategi membeli saham-saham tidur maksudnya membeli saham-saham yang tidak aktif, karena biasanya saham-saham yang tidak aktif sering luput dari perhatian orang banyak, sehingga cenderung harganya murah. Tipe pemodal yang sabar cocok membeli saham-saham yang tidak aktif tersebut, sebab pada umumnya potensi keuntungan pada saham yang demikian ini akan nampak dalam jangka waktu yang lama. Strategi ini beresiko sangat tinggi. Sebaiknya melakukan penelitian dan


6. Strategi Konsentrasi pada IndustriInvestor yang memusatkan perhatiannya pada perkembangan industri tertentu, karena lebih mengetahui kondisi, mekanisme kerja dari perusahaan yang berada pada industri tersebut, tren industri dan sebagainya. Strategi investasi dengan cara ini adalah memilih saham-saham yang terbaik pada industri tersebut.


7. Strategi Membeli PasarSeorang pemodal dikatakan melakukan strategi membeli pasar, apabila investor secara relatif proporsional ke dalam saham-saham yang ada di bursa efek, misalnya 50 persen jenis saham yang tecatat di bursa efek. Strategi ini mungkin kurang tepat bagi investor kecil, karena untuk melaksanakan strategi ini tentunya membutuhkan dana yang besar. strategi ini biasa dikenal dengan sebutan "BANDARAN"


8. Strategi Membeli Melalui Reksadana atau melalui discre accountStrategi ini dilakukan dengan mempercayakan pengelolaan dana yang dimiliki oleh investor kepada suatu lembaga yang disebut reksa dana. Reksa dana akan melakukan penyebaran investasi untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu dan meminimumkan risiko.Sedangkan melalui discre account pengelolanya dapat melalui lembaga ataupun perorangan profesional baik dengan perjanjian tingkat pengembalian investasi, bagi hasil ataupun lainnya. Biasanya bila pengelola discre yang profesional mampu memberikan tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga saham gabungan

Disadur dari okezone dot com

Selasa, 07 Oktober 2008

Singing in the Rain



Singing in the Rain



Sebelum menulis artikel mini untuk bulan ini, saya berpikir masak ada yang masih mau percaya sama tulisan ini untuk meyakinkan bahwa investasi harus tetap berjalan, setelah ‘banjir badang’ meluluhlantahkan perekonomian dunia. Dan menyisakan kebingungan, kemana lagi mengembangkan uang di kantong, supaya tetap tebal dan bertambah tebal. Apalagi judul artikel ini tampak seperti orang tak tahu diri.
Keyakinan yang berlebihan kata teman saya juga membahayakan. Masak bisa nari-nari dan bersukacita di tengah hujan. Kalau hujannya kecil dan membuat panas bumi khususnya di Jakarta, menjadi adem, dan tak membuat orang kelimpungan seperti teman saya yang kebanjiran, sehingga air masuk ke rumahnya dan merusak koleksi tas dan baju bermerknya, yaaa….itu disebut berkah. Tetapi bagaimana bisa bernyanyi kalau ada banjir badang?
Saya menulis artikel ini diketinggian tiga puluh tiga ribu kaki, dari liburan di pulau Dewata kembali ke dalam panasnya Jakarta, sambil ditemani makan pagi yang sama sekali tak menggairahkan. Keberadaan saya di dalam pesawat memberi inspirasi saya untuk mengaitkannya dengan tulisan bulan ini. Semoga terasa korelasinya, karena saya ini IQnya juga agak jongkok. Makin jongkok kalau di atas ketinggian seperti ini.
Sudah bertahun lamanya saya naik kapal terbang, dan selama itu saya tak pernah mengecek ke dalam cockpit, apakah ada pilot dan co-pilotnya. Saya hanya berasumsi bahwa mereka ada, tanpa melihat dengan mata kepala sendiri. Saya melatih untuk percaya pada sesuatu yang tak saya lihat, yang saya asumsikan ada. Kemudian saya bertanya mengapa saya bisa menggantungkan keyakinan pada sesuatu yang tak saya lihat, dan percaya bahwa dalam waktu satu jam setengah saya tiba di pulau dewata dari Jakarta? Mengapa keyakinan itu tak bisa saya terapkan pada Sang Khalik mengenai hidup saya, kondisi keuangan saya di masa depan? Bukankah kedua-duanya sama-sama tak terlihat?
Selama terbang, selalu saja ada kondisi dimana burung besi itu memasuki cuaca kurang baik. Ada turbulensi, yang bisa ringan tapi bisa berat seperti yang dialami salah satu maskapai penerbangan yang anjlok di atas Filipina, dan membuat dua penumpangnya patah tulang. Saat gangguan itu terjadi, mungkinkah saya mohon pertolongan pada pramugari atau berbicara dengan pilotnya, kalau saya ini takut, dan kemudian memintanya untuk menurunkan saya di Cirebon saja, karena perjalanan ke Denpasar dari Jakarta masih lama dan membuat jantung saya empot-empotan? Tidak bisa, bukan? Saya tetap harus ada diketinggian itu bersama semua awak pesawat dan penumpang, memasuki kawasan turbulensi itu. Tanpa protes. Ringan ataupun berat, bahkan dalam kasus ekstrim berakhir di dalam laut.
Dan saat turbulensi yang membuat jantung empot-empotan terjadi, saya hanya bisa melakukan dua hal. Mematuhi aturan main penerbangan, artinya saya harus mengikuti instruksi fasten your seat belt dan berdoa. Berdoa? Di atas ketinggian dan ketakutan, saya baru ingat berdoa. Saya baru melatih mulut saya komat kamit. Bahkan mungkin saya yang jarang membaca kitab suci ini, bisa tiba-tiba hafal semua ayat.
Di saat genting, saya baru ingat Sang Khalik. Selamatnya, Sang Khalik tidak protes atas kelakuan saya yang hanya menganggapNya seperti 911, hanya ingat kalau ada perlunya saja. Selamatnya lagi, Ia tak mengirimkan pelangi dengan tulisan besar di langit, ”Maksud Loh?”. Begitulah, saya tak pernah melibatkan Sang Khalik di dalam urusan duniawi termasuk saat saya berinvestasi.
Saya pikir dengan otak dan kemampuan berhitung dan forcasting, saya tak memerlukan petunjuk di Atas dan mematuhinya. Saya terlalu sombong, saya bahkan lupa kemampuan saya itu datangnya dari Sang Pencipta. Saya bahkan lupa kalau setiap pagi saya bisa bangun dan bernyawa, itu juga bukan karena hebatnya saya. Itu sebuah anugerah Sang Pencipta buat saya yang selalu mengaggapnya sebagai 911.
Saya lebih patuh kalau disuruh fasten your seat belt. Itu mengapa salah satu teman saya yang ahli keuangan pernah mengatakan di hari jatuhnya Lehman Brothers, dan ‘brother-brother’ yang lainnya, ia berkata “Doa, Sam. Doa”.
Maka berdoalah terlebih dahulu. Mintalah petunjuk Sang Pencipta apakah keputusan Anda itu direstui. Kemudian Anda tanya lagi, wah….repot kelamaan, tak ada jawaban. Saya dahulu seperti itu, tetapi sekarang saya melatih untuk mendengar, melatih untuk sering mengunjungiNya, sama seperti bertahun lamanya saya melatih kepala saya untuk percaya pada pilot yang tak pernah saya lihat, tak pernah saya kenal dan yang hanya saya asumsikan saja keberadaannya.
Saya selalu berpikir bertahun lamanya, bahwa Sang Pencipta dan Manajer Investasi itu, tak bisa dijadikan satu tim kuat, satu pasangan yang kokoh untuk membantu agar investasi saya berkembang dan subur dan bertambah tebal.
Saya selalu protes pada Sang Pencipta, mengapa keadaan keuangan saya seperti ini, mengapa saham anjlok, mengapa ini dan mengapa itu. Nurani saya kemudian bertanya, mengapa saya tak pernah protes ke kantor maskapai penerbangan, kalau selama perjalanan pesawatnya gonjang ganjing sehingga saya menjadi tidak nyaman dan deg-degan? Mengapa protes tak pernah terjadi, kalau menunya tidak enak, tak seperti restoran bintang lima? Mengapa saya diam saja dan mengatakan itu bukan salah maskapainya, itu salah udaranya.
Dan kalau saya dan Anda bisa seperti itu, maksud saya bisa bertahun lamanya naik kapal terbang dengan sejuta turbulensinya, dan diam saja dan tidak kapok naik pesawat, bahkan telah membaca ada yang nyungsep di dasar laut, maka judul artikel ini bisa Anda lakoni. Selamat benyanyi di hari kelabu!
Catatan Kaki:Ini pesan soal investasi dari manusia terkaya di dunia yang mampu menggeser kedudukan Bill Gates selama tiga belas tahun, Pak Warren Buffett. "You should look at stocks as small pieces of business. Look at market fluctuations as your FRIEND rather than your ENEMY.""When PROPER temperament joins with PROPER intellectual framework, then you get rational behavior."

Minggu, 05 Oktober 2008

Bearish, Feeling, dan Perang Gerilya

Bearish, Feeling, dan Perang Gerilya

“Dulu, pemain saham paling idiot pun bisa untung. Sekarang, seorang Jesse Livermore sekalipun pasti buntung.”

Itulah anekdot yang sering dilontarkan para investor pasar modal domestik untuk menggambarkan betapa sulitnya mengikuti pegerakan harga saham saat ini.

Dalam kondisi pasar yang tidak menentu seperti sekarang, siapa pun memang bisa dibuat frustrasi. Jangankan investor, para analis dan pengamat pasar modal saja kini sering memberikan panduan yang salah tentang harga saham.

Maka sah-sah saja jika kemudian muncul lelucon bahwa jika Jesse Livermore masih hidup, pialang saham legendaris yang bunuh diri 40 tahun silam itu tetap saja tak bakal berdaya menghadapi situasi pasar modal saat ini.

Ketikdakpastian memang sedang menyergap seluruh pasar modal di dunia, tak terkecuali Indonesia. Bahkan, menyusul terjadinya gejolak pasar finansial global yang dipicu kejatuhan ekonomi Amerika Serikat (AS), kondisi pasar modal Indonesia lebih ‘tak jelas juntrungannya.’

Dalam beberapa pekan terakhir, misalnya, gerak-gerik indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung anomali. Ketika indeks saham di bursa lain menguat, IHSG malah melempem.
Pertanyaan besarnya, apa yang harus dilakukan investor pasar modal dalam kondisi demikian?

Strategi
Dalam acara Kongko-kongko Pialang Efek; Tipikal Investor Pasar Modal Indonesia, di Jakarta, beberapa waktu silam, para pelaku pasar modal memberikan sejumlah tips agar investor tidak tergelincir di lantai bursa yang kian licin. Salah satunya adalah menerapkan strategi serang dan menghindar (hit and run) saat pasar lesu (bearish).

”Pada masa bearish, kenaikan harga saham sangat terbatas. Jadi, jangan greedy. Terapkan strategi ’perang gerilya’,” ujar praktisi pasar modal Soeratman.

Tips yang diberikan konsultan Air Asia itu sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang baru. Dalam analisa perdagangan saham ada yang disebut dead cat bounce yang secara langsung dapat diterjemahkan sebagai ‘mental kucing mati’.

Dead cat bounce menggambarkan pemulihan harga sementara pasar atau saham di tengah penurunan berkepanjangan (bear market). Dengan kata lain, penguatan kembali (rebound ) yang dialami pasar atau suatu saham setelah mengalami kejatuhan harga, sebenarnya hanya sementara karena pasar atau saham tersebut masih akan terus jatuh.

Nah, dalam kondisi demikian, investor ‘diharamkan’ mengoleksi saham terlalu lama. Berarti, investor harus cepat-cepat melepas saham sebelum harganya jatuh lebih dalam.

Jika Soeratman menganjurkan strategi ‘perang gerilya’, pengamat pasar modal Dandossi Matram lebih menekankan kejelian investor dalam memahami karakter pasar. “Investor harus piawai membaca faktor fundamental. Faktor teknikal memang penting, tapi fundamentalnya harus paham. Faktor teknikal saja bisa menyesatkan,” papar Dandossi.

Masih Rentan
Masalahnya, investor pasar modal domestik, terutama investor individu, memiliki karakter yang khas. Mereka umumnya rentan terhadap rumor dan lebih banyak mengandalkan faktor teknikal ketimbang faktor fundamental sebagai bahan pertimbangan membeli atau menjual saham.

Sebagian investor individu lokal juga mudah panik dalam menyikapi fluktuasi harga saham. Mereka seringkali mengambil posisi tepat saat membeli, tapi salah dalam menjual. Itu terjadi karena mereka tidak memahami karakter pasar. ”Makanya, pasar modal kita masih dikesankan sebagai arena judi,” tutur Soeratman.

Kecuali tak memahami karakter pasar, banyak investor individu domestik yang cuma mengandalkan perasaan (feeling) dalam merespons fluktuasi harga saham. Padahal, jika hanya mengandalkan feeling, “Mereka bisa menjadi bulan-bulanan pasar,” ujar praktisi pasar modal dari ECM Danareksa Sekuritas Tonny Kisdhihartono.

Memang betul, perilaku sebagian investor lokal itu berkaitan langsung dengan rendahnya pengetahuan mereka tentang pasar modal. “Banyak pemain individu kita tidak terdidik, sehingga mudah stres dan salah mengambil keputusan. Mereka lebih mengedepankan rumor ketimbang analitis,” kata Kabag KSI dan Humas Bapepam-LK Gonthor Ryantori Aziz.

Boleh jadi, karena itulah, jumlah investor pasar modal domestik masih sangat minim. Sebagai perbandingan, investor domestik di pasar modal Singapura mencapai 1,3 juta atau 30% dari populasi penduduk, sedangkan di Australia 7 juta (25%), Hong Kong 1,4 juta (17,5%), Malaysia 3 juta (12,8%), dan Jepang 4 juta (8,2%).

Adapun pasar modal Indonesia baru punya sekitar 600 ribu investor domestik. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, tentu jumlah itu masih sangat kecil.

Faktanya, pergerakan harga saham di BEI selama ini juga disetir investor asing. Investor domestik biasanya hanya menjadi ‘pengekor’. Apalagi kepemilikan aset saham investor asing masih dominan.

Berdasarkan data The Central Book Entry Settlement System (C-Best) Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total kepemilikan aset saham investor asing hingga 31 Juli 2008 mencapai Rp 700,13 triliun (64%), sedangkan aset saham investor lokal berjumlah Rp 389,55 triliun (36%).

Dalam konteks ini, tentu saja edukasi dan sosialisasi tentang pasar modal sangat penting. “Ini ‘PR’ bagi segenap stakeholders,” tandas Gonthor.

Apakah itu bisa menjadi jaminan bahwa dalam kondisi pasar yang tidak menentu seperti sekarang investor bisa mendulang untung? Tentu saja tidak. Sebab dalam berinvestasi di pasar modal, investor sejatinya berhadapan dengan ‘kemungkinan’, bukan ‘kepastian’. (abdul aziz)

Senin, 29 September 2008

Proforma Earning: Sebuah Cerita Cinderella


Siapa yang tidak kenal Cinderella? Boleh dikatakan tidak ada orang yang belum pernah mendengar cerita tentang gadis yang satu ini. Ketika kecil, kita dibuai oleh cerita tentang Cinderella yang penampilannya lusuh dan kumal, dengan satu kibasan tongkat sihir Ibu Peri berubah menjadi seorang putri yang cantik, siap untuk pergi menemui Pangeran di pesta dansa.
Mungkin banyak orang yang tidak mengetahui bahwa di dunia investasi kita juga bisa menemukan cerita Cinderella. Meskipun demikian, cerita Cinderella di dunia Investasi tidaklah sama seperti yang dipopulerkan oleh Walt Disney. Jika cerita Cinderella versi Walt Disney berakhir dengan bahagia, maka cerita Cinderella versi dunia Investasi ini biasanya justru berakhir dengan tangisan sedih para Investor. Cerita Cinderella versi dunia Investasi ini biasanya dikenal dengan nama Proforma Earning (Laba Proforma)
—–oOo—–
Apa itu Proforma Earning? Secara sederhana, Proforma Earning adalah “Pendapatan perusahaan SEANDAINYA SAJA sesuatu tidak terjadi”. Sebagai contoh, misalnya saja perusahaan X dalam operasi tahun ini mendapat keuntungan Rp 60 Milyar, tetapi salah satu pabrik perusahaan X mengalami masalah sehingga menimbulkan kerugian Rp 100 Milyar. Maka dalam Proforma Earning, bukannya melaporkan bahwa perusahaan rugi Rp 40 Milyar, perusahaan X malah menyatakan bahwa “Pendapatan kami adalah sebesar Rp 60 Milyar SEANDAINYA SAJA tahun ini pabrik kita tidak terkena masalah”.
Praktek penggunaan proforma earning tidaklah berbeda jauh dengan cerita Cinderella. Hanya dengan satu kibasan dari “tongkat sihir”, kondisi perusahaan yang “lusuh dan kumal” menjadi “cantik berkilau”, sehingga perusahaan siap utk pergi untuk “berdansa” dengan calon investor.
Proforma earning pada awalnya digunakan hanya untuk memberikan gambaran kepada investor tentang kondisi perusahaan seandainya jika tidak terjadi hal-hal yang bersifat luar biasa, seperti misalnya ada bencana alam ataupun perusahaan melakukan merger. Seiring dengan berlalunya waktu, beberapa perusahaan lalu mulai memakai “kreatifitas”-nya dan menyelewengkan penggunaan proforma earning. Sebagai contoh praktek tidak sehat ini, ada perusahaan yang melaporkan proforma earning dengan mengandaikan mereka tidak membayar pajak, atau ada juga yang mengandaikan mereka tidak mengalami kerugian di dalam investasinya. Dalam berbagai profesi, kreatifitas biasanya merupakan suatu kualitas yang baik. Tetapi dalam kaitannya dengan proforma earning, kreatifitas ini justru merupakan suatu momok bagi para investor.
Penggunaan “seandainya” dalam proforma earning kemudian diperparah dengan praktek menyembunyikan apa yang “diandaikan” itu. Dalam contoh di atas, saya menulis dengan jelas apa yang “diandaikan”, yaitu “seandainya pabrik X tidak bermasalah”. Dalam prakteknya, penjelasan tentang apa yang “diandaikan” itu ditaruh di beberapa catatan kaki yang kebanyakan justru jarang dibaca oleh orang.
—–oOo—–
Penggunaan proforma earning oleh perusahaan mempunyai dampak yang besar bagi seorang investor, misalnya saja dampak pada analisa Price/Earning Ratio (P/E ratio). Bagi pembaca yang belum akrab dengan saham, Price/Earning Ratio adalah rasio yang membandingkan antara harga saham suatu perusahaan dengan labanya. Misalnya harga saham suatu perusahaan adalah 100 dan laba tahun kemarin adalah 5. Maka P/E Ratio perusahaan itu= 100/5= 20. Bagaimana jika laba perusahaan itu adalah 10? Maka P/E Rationya= 100/10= 10. Kita bisa lihat dari ilustrasi di atas bahwa secara umum, semakin kecil P/E Ratio suatu perusahaan semakin atraktif pula sahamnya (dengan harga yang sama, laba sebesar 10 tentu lebih menarik dari laba sebesar 5).
Sekarang kita lihat dampak penggunaan proforma earning pada perusahaan nyata. JUNIPER NETWORKS (NASDAQ:JNPR) pada kwartal pertama thn 2008 melaporkan proforma earning sebesar $0,27, atau jika dianualisasi= $0,27×4= $1,08. Harga saham Juniper pada hari Jum’at kemarin ditutup pada $22,64. Pada tingkat harga ini, maka Price/Earning Ratio dari saham perusahaan ini (berdasarkan proforma earning) adalah 20,96 kali.
Tetapi bagaimana jika kita lihat earning aslinya? Pada kwartal pertama thn 2008 itu, earning sebenarnya dari JUNIPER NETWORKS adalah sebesar $0,20, atau jika kita anualisasi adalah hanya sebesar $0,8. Dengan nilai earning ini, maka P/E Ratio dari saham perusahaan menjadi 28,3. Ini tentunya suatu gambaran yang sangat berbeda dari P/E Ratio berdasarkan proforma earning yang hanya 20,96.
Sebagai Investor dan calon investor, dalam membaca berbagai berita ataupun analisa yang terkait dengan Earning, kita hendaknya selalu memperhatikan apakah Earning yang dibicarakan adalah earning sebenarnya atau proforma earning, terlebih mengingat seringkali earning yang dibicarakan dalam berita adalah proforma earning.

Minggu, 21 September 2008

IPO


22/09/2008 02:17
IPO? Pemerintah Harus Realisitis
David Sumual
Ahmad Munjin
INILAH.COM, Jakarta – DPR dan pemerintah akhirnya menyetujui privatisasi tiga BUMN yakni PT Garuda Indonesia, PT Krakatau Steel dan PT Bank Tabungan Negara (BTN). Namun, pemerintah harus tetap jeli mencermati pasar dan tidak boleh memaksakan terselenggarakannya IPO.
Hal itu diungkapkan analis Danareksa Research Institute David E Sumual kepada INILAH.COM. Menurutnya, meski peluang penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) terbuka lebar, pemerintah harus pandai-pandai melihat kondisi pasar.
“Pasalnya, pasar sedang tidak kondusif. Kalau nantinya dijual murah, kan sayang. Lebih baik menunggu market lagi bagus,” ujarnya.
Lebih lanjut David mengatakan kalau saat ini market memang sudah membaik (recover). Tapi, belum dapat dipastikan apakah ini sudah titik terendah atau masih bergejolak. IPO dalam keadaan market buruk, tidak akan menguntungkan perseroan. Kecuali trennya berubah, harga komoditas mulai pulih, maka keuntungan IPO dapat dimaksimalkan.
Ia pun menilai pemilihan Krakatau Steel dan Garuda untuk IPO saat ini adalah tepat. Kendati harga komoditas terus merosot, tapi industri baja KS masih mempunyai prospek positif karena ekspektasi tingginya permintaan baja. Sedangkan IPO Garuda cukup menjanjikan terkait harga minyak yang kini berada dalam tren melemah. Hal ini mengingat bensin menjadi baiya terbesar sektor penerbangan. Berikut ini petikan lengkap wawancaranya.

Apa tanggapan Anda atas disetujuinya privatisasi tiga BUMN oleh DPR ?

Ya. Itu tidak jadi ditunda. Meskipun market seperti ini, pemerintah tetap saja ingin IPO. Saya mengira akan ditunda semua, seperti yang waktu itu Menneg BUMN (Sofyan Djalil) bilang.
Ini rencana mereka awal tahun sebenarnya. Dan dari sisi APBN tidak ada keterdesakan untuk buru-buru IPO. Kalau menurut saya nantinya akan ditunda semua. Pasalnya, pasar sedang tidak kondusif. Kalau nantinya dijual murah, kan sayang. Lebih baik menunggu market lagi bagus.

Kecenderungannya IPO saat ini tidak menguntungkan?

Kalau marketnya tidak ada perubahan seperti sekarang ini, tidak menguntungkan. Kecuali, kalau trennya berubah, komoditas mulai pulih, keuntungannya akan maksimal. Siapa tahu kan ada perubahan fundamental lagi, CPO kembali naik. Tapi, memang persiapan harus dilakukan dari sekarang. Mana yang akan dijual keputusannya itu kan ada di pemerintah.

Bukankah pasar sudah mulai pulih?

Sekarang market memang sudah lumayan membaik (recover). Tapi, kita nggak tahu apakah ini sudah titik terendah atau masih bergejolak. Kalau marketnya masih bergejolak seperti sekarang ini takutnya nggak ada yang melirik, akhirnya dijual murah. Tapi biasanya mereka melakukan bibit dulu. Kalau bibit harganya murah, sayang saja.
Jadi, kalau market membaik dan kalau memaksa akhir tahun ini, lihat saja situasinya. Kalau marketnya masih buruk sebaiknya ditunda. Kita lihat tren market saja, kalau misalnya market pada kuartal ketiga membaik kenapa tidak. Ini masih September, masih ada tiga bulan lagi, ya dipersiapkan saja.

Apakah IPO BUMN di akhir tahun ini dapat menggairahkan pasar bursa?

Tergantung sektornya. Kalau sektornya menarik, maka IPO itu akan menarik. Baja (Krakatau Steel) mungkin menarik, meskipun dia terkait komoditi. Tapi karena dia industri, jadi tidak masalah. Airline (Garuda) juga menarik. Kalau bicara suku bunga akan turun, Garuda itu menarik. Soalnya, pendapatannya akan meningkat kalau harga minyak turun. Saat ini banyak hage fund dan global investor masuk ke Airline karena mereka memprediksi ini menarik kalau harga minyak turun.

Artinya, prospek Garuda bagus untuk IPO akhir tahun ini?

Garuda bagus prospeknya kalau harga minyak murah, soalnya cost terbesarnya dari bensin, over head yang paling besar. Operasionalnya yang paling besar karena naik turunnya harga minyak.
Makanya pemerintah harus jeli juga melihat market. Jangan dipaksakan, misalnya karena sudah dijadwal. Mereka lihatnya ketika awal tahun perkebunan (PTPN) menarik. Untuk itu mereka prioritaskan perkebunan. Tapi sekarang sektor ini tidak terlalu menarik bagi investor. Kalau trennya berbalik seperti ini, harus disesuaikan juga. Mungkin yang menarik sekarang adalah saham-saham non-komoditas. Ya kita harus realistis juga kalau mau menjual aset BUMN.
Meski memiliki peluang, pandai-pandailah melihat market. Takutnya nanti tidak laku atau sahamnya murah, kan kasihan.

Seperti apa prediksi Anda terhadap situasi pasar tiga bulan ke depan?

Kalau menurut saya, tanda-tandanya sudah mulai kelihatan. Tadinya keruh banget, sekarang sudah ada titik terang di lorong jauh sana. Tapi, masih remang-remang juga. Pasalnya, masih ada ketidakpastian dari sisi komoditas yang harganya turun. Selain karena situasi finansial global. Tapi mungkin 2009 akan lebih baik dari pada 2008. kelihatannya sudah mulai membaik tapi tetap harus hati-hati. (E2)

Rabu, 17 September 2008


Obligasi adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Ketentuan lain dapat juga dicantumkan dalam obligasi tersebut seperti misalnya identitas pemegang obligasi, pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit. Obligasi pada umumnya diterbitkan untuk suatu jangka waktu tetap diatas 10 tahun. Misalnya saja pada Obligasi pemerintah Amerika yang disebut
"U.S. Treasury securities" diterbitkan untuk masa jatuh tempo 10 tahun atau lebih. Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun disebut "surat utang" dan utang dibawah 1 tahun disebut "Surat Perbendaharaan. Di Indonesia, Surat utang berjangka waktu 1 hingga 10 tahun yang diterbitkan oleh pemerintah disebut Surat Utang Negara (SUN) dan utang dibawah 1 tahun yang diterbitkan pemerintah disebut Surat Perbendaharan Negara (SPN).
Obligasi secara ringkasnya adalah merupakan utang tetapi dalam bentuk sekuriti. "Penerbit" obligasi adalah merupakan sipeminjam atau debitur, sedangkan "pemegang" obligasi adalah merupakan pemberi pinjaman atau kreditur dan "kupon" obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka dimungkinkan bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan.
Pada beberapa negara, istilah "obligasi" dan "surat utang" dipergunakan tergantung pada jangka waktu jatuh temponya. Pelaku pasar biasanya menggunakan istilah obligasi untuk penerbitan surat utang dalam jumlah besar yang ditawarkan secara luas kepada publik dan istilah "surat utang" digunakan bagi penerbitan surat utang dalam skala kecil yang biasanya ditawarkan kepada sejmlah kecil investor. Tidak ada pembatasan yang jelas atas penggunaan istilah ini. Ada juga dikenal istilah "surat perbendaharaan" yang digunakan bagi sekuriti berpenghasilan tetap dengan masa jatuh tempo 3 tahun atau kurang . Obligasi memiliki resiko yang tertinggi dibandingkan dengan "surat utang" yang memiliki resiko menengah dan "surat perbendaharaan" yang memiliko resiko terendah yang mana dilihat dari sisi "durasi" surat utang dimana makin pendek durasinya memiliki resiko makin rendah.
Obligasi dan saham keduanya adalah merupakan instrumen keuangan yang disebut sekuriti namun bedanya adalah bahwa pemilik saham adalah merupakan bagian dari pemilik perusahan penerbit saham, sedangkan pemegang obligasi adalah semata merupakan pemberi pinjaman atau kreditur kepada penerbit obligasi. Obligasi juga biasanya memiliki suatu jangja waktu yang ditetapkan dimana setelah jangka waktu tersebut tiba maka obligasi dapat diuangkan sedangkan saham dapat dimiliki selamanya ( terkecuali pada obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris yang disebut gilts yang tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo.

Selasa, 16 September 2008

Warren Edward Buffet


Warren Edward Buffet, Chairman Berkshire Hathaway, adalah orang paling tajir di planet ini versi Forbes 2008 dengan kekayaan bersih lebih dari $60 milyar. Sebagai investor pasar saham terbesar di dunia, Buffet dikenal konservatif. Buffet tekun dan sabar “menunggu” sahamnya menghasilkan, walaupun itu harus dijalaninya puluhan tahun.Buffet muda bercita-cita terjun ke dunia investasi setelah terinspirasi buku klasik “Security Analysis” karya Benjamin Graham. Pada usia 26 tahun Buffet mendirikan Buffet Partnership Ltd. Konon waktu itu Buffet menjalankan usahanya dengan berpakaian piyama dan dari kamar tidurnya. Prospek-prospek pertamanya adalah para tetangga di sekitarnya.Beberapa paradox dari sang “Oracle of Omaha” ini, adalah:1. Salary-nya “cuma” $100.000 per tahun. Ini sangat kecil bila dibandingkan dengan gaji para eksekutif perusahaan top Amerika lainnya.2. Buffet tinggal di rumah yang sama selama 50 tahun. Nilai rumah dengan 3 kamar tidur ini $700.000. Rumah ini tidak memiliki dinding pembatas dan pagar. Buffet sudah cukup puas tinggal di rumah ini.3. Buffet menyumbangkan 83% kekayaannya untuk Bill & Melinda Gates Foundation.4. Buffet membeli saham pertamanya pada usia 11 tahun. Buffet menyesal, kenapa dia tidak mulai bisnisnya lebih dini lagi.5. Buffet membeli sebuah pertanian pada usia 14 tahun dari tabungannya sebagai loper koran.6. Buffet tidak memiliki sopir pribadi dan security. Ia mengendarai mobilnya kemana-mana sendirian saja.7. Buffet tidak pernah bepergian dengan pesawat jet pribadi, walaupun ia memiliki perusahaan jet pribadi terbesar di dunia.8. Buffet hanya menulis satu surat setiap tahun kepada para CEO-nya dan memberi target tahunan kepada mereka.9. Buffet tidak pernah mengadakan rapat harian seperti umumnya perusahaan.10. Aturan Buffet kepada para CEO-nya hanya dua: - Rule #1: do not lose any of your share holder’s money- Rule #2: do not forget rule #111. Buffet tidak memiliki HP. Ia juga tidak menggunakan komputer di meja kerjanya.12. Buffet tidak bergaul dengan kalangan kelas atas lainnya. Kegiatan senggangnya adalah menikmati popcorn dan menonton TV.13. Saran Buffet, hindari kartu kredit dan hutang bank.

Minggu, 14 September 2008

pemodal tak perlu panik

Pemodal Tak Perlu Panik

TAJUK Investor Daily, September 2008

Imbauan time to buy, mungkin sulit dipercaya lagi oleh pemodal. Harga saham yang terus meluncur ke bawah usai imbauan time to buy membuat pemodal ragu, kapan penurunan harga saham mencapai bottom price. Artinya, setelah mencapai titik terendah itu, harga saham kembali bergerak naik dan terus naik.

Namun, di tengah kepanikan itu, peluang justru semakin besar bagi pemodal cerdas. Semakin banyak orang panik dan melakukan panic selling, sehingga harga saham turun makin dalam, semakin besar peluang pemodal cerdas untuk meraih untung. Kondisi seperti saat inilah yang mereka nanti-nantikan. Pada saat harga turun, mereka membeli untuk jangka panjang atau minimal hingga saat harga kembali menanjak.

Jika kita memperhatikan grafik perkembangan harga saham sejak awal tahun, sedikitnya terdapat tujuh puncak dan enam lembah atau cekungan dalam. Pemodal yang cerdas menjual pada saat harga naik dan membeli pada saat harga turun. Pada saat harga saham bergerak naik menjelang puncak, mereka melakukan penjualan.

Pemodal yang kurang cerdas justru melepaskan saham pada saat harga menurun dan membeli pada saat bergerak naik. Ketika harga saham turun, mereka panik dan melego sahamnya pada harga rendah. Panic selling tidak pernah membawa keuntungan.

Ada cara lain untuk meminimalkan kerugian, yakni cut loss. Ketika harga saham dalam tren turun, pemodal yang tidak berorientasi jangka panjang bisa melego saham itu agar kerugian tidak terlalu dalam.

Pada saat harga di bawah harga jual, investor bisa membeli kembali. Cara ini tidak gampang. Karena bisa jadi ketika pemodal cut loss, saham justru bergerak naik. Ini semua membutuhkan kelihaian dengan dukungan data dan analisis yang piawai.

Tidak seorang pun tahu kapan bottom price terjadi. Karena itu membeli saham pada saat harga turun tidak cukup hanya didukung kecerdasan, melainkan juga modal yang cukup. Investasi di saham memang ajang kaum berduit.

Investor saham adalah orang-orang yang sudah berada di fase kedua menurut wealth management, yakni fase mengakumulasi kekayaan. Pemodal yang masih pada fase pertama, fase memproteksi kekayaan, belum layak berinvestasi di saham yang tingkat risikonya sangat tinggi karena pergerakan harga yang cenderung volatile.

Mereka yang masih berada di fase proteksi kekayaan tidak memiliki cukup dana nganggur. Dana mereka masih sangat dibutuhkan untuk membiayai kesehatan, pendidikan, bahkan kebutuhan sehari-hari. Jika harga saham turun, mereka sangat khawatir dan terjadilah panic selling. Apalagi pada saat harga saham turun, mereka membutuhkan dana cepat untuk membiayai kegiatan rutin. Mereka harus puas menyimpan dana di bank dan di reksa dana berpendapatan tetap.

Pemodal yang berada pada fase akumulasi kekayaan memiliki dana lebih yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Mereka bisa membeli saham untuk jangka panjang, menengah, dan pendek. Mereka bisa melakukan cut loss untuk membeli lagi pada harga yang lebih rendah. Pemodal dengan level kekayaan seperti ini tidak perlu panik saat harga saham ambruk.

Pekan lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI anjlok 10,7%, tertinggi di antara bursa regional. Selama September 2008, IHSG terpangkas 16,7%. Pada perdagangan pekan lalu, indeks ditutup pada level 1.804,06, dan sempat anjlok di bawah 1.800. Dibanding harga tertinggi 9 Januari 2008, yakni 2.830,26, indeks merosot 34%.

Penurunan harga minyak mentah dan harga sejumlah komoditas mestinya hanya berpengaruh terhadap pergerakan harga saham emiten dengan bisnis inti migas dan komoditas. Tapi, yang terjadi, saham perusahaan lainnya, termasuk perusahaan manufaktur dan jasa, juga ikut terhempas.

Penurunan indeks disebabkan juga oleh pemodal yang terjebak margin trading selain hengkangnya hot money akibat lonjakan inflasi yang menandakan kondisi makro ekonomi dalam negeri mulai memburuk. Selain itu, perusahaan sekuritas yang didera kesulitan keuangan melikuidasi saham-saham mereka seperti halnya Lehman Brothers.

Meski belum tahu kapan bottom price, pemodal cerdas yang masuk fase akumulasi kekayaan, layak mengoleksi saham-saham berkinerja bagus yang diobral jauh di bawah harga wajar. Kita dukung imbauan buy back saham-saham BUMN oleh Menneg BUMN. Kejatuhan harga saham yang amat dalam adalah momentum untuk shopping. ***

Selasa, 02 September 2008

jadi kaya? anda harus "puasa"

Jadi Kaya? Anda Harus "Puasa"!
Tuesday, September 02, 2008

Setiap kali datang bulan dimana ibadah puasa dijalankan, saya sebagai seorang non muslim turut dalam kesenangan menjalankan masa puasa itu. Buat saya masa itu, sebagai sebuah refleski diri tentang banyak hal. Dari mulut yang mudah sekali berteriak dan mengucapkan kata-kata tak senonoh, sampai kehidupan keuangan yang tak terkontrol, tentu termasuk mengontrol konsumsi makanan yang acapkali banyak tak bergunanya untuk kesehatan. Tentu, tak lupa melihat kembali betapa beruntungnya kehidupan saya, dan seringkali lupa dengan banyak orang yang berkekurangan.
Secara singkat, masa puasa merupakan waktu saya untuk memikirkan kekayaan. Kekayaan duniawi yang tidak berakhir dengan memiliki account di tiga bank local dan tiga bank di luar negeri, tetapi juga kekayaan batin, yang memampukan saya melihat setiap situasi dengan kacamata yang lebih bijaksana. Justru yang disebut terakhir lah yang memampukan yang duniawi terwujud.
Maka ketika hari berpuasa sedang dijalankan, saya menyarankan Anda duduk dengan tenang untuk tidak hanya merenungkan ke dua kekayaan di atas, tetapi kemudian melakukan eksekusinya. Karena dahulu, saya itu senangnya cuma merenung, memiliki impian besar tetapi tak pernah menjalankan eksekusinya. Karena, mimpi dan merenung itu enak. Diam saja dan membiarkan pikiran terbang kemana-mana, sedangkan action untuk mewujudkannya lebih banyak menderita dan jalan panjang yang berliku serta naik dan turun itu melelahkan batin, dan berakhir dengan tidak terwujudnya mimpi besar itu. Dan kemudian merenung lagi, bermimpi lagi. Meski versinya berbeda.
Maka dari pada saya hanya mengumpulkan mimpi saja dan menjadikannya beberapa seri mimpi, maka sejak tiga tahun belakangan saya berhenti bermimpi dan melihat kembali pada buku mimpi itu dan melakukan actionnya. Jadi saya tak lagi menciptakan mimpi baru, tetapi mewujudkan mimpi lama saya. Salah satunya menjadi kaya. Fisik dan jiwa.
Kaya. Kata itu seperti seks. Semua orang berminat untuk itu. Bahkan kadang ada yang ketagihan. Anda tak percaya? Coba perhatikan artikel saya di situs ini, berapa banyak yang membaca tulisan yang berhubungan dengan kaya? Banyak sekali, saudara-saudara, apalagi kalau dibandingkan artikel yang lainnya. Maka kali ini saya akan membicarakan bagaimana menjadi kaya. Anda tak perlu membaca banyak buku untuk itu. Anda hanya perlu mengontrol diri Anda. Anda perlu puasa, dari berbagai macam hal.
Dan kalau masa berpuasa berakhir, kontrol diri Anda tak berarti memiliki masa kadaluwarsa hanya tiga puluh hari semata. Anda mau kaya seumur hidup? Maka jalani masa puasa seumur hidup juga! O..o..saya tak mau mendengar Anda mengeluh berpuasa seumur hidup. Karena kalau Anda berhenti, bisa jadi kekayaan Anda hilang bersama berhentinya Anda berpuasa.
Berpuasalah dari bermimpi terlalu muluk. Lihat kemampuan Anda. Saya dicekoki dengan peribahasa raihlah cita-citamu setinggi langit. Saya merasa dikibuli dengan peribahasa itu. Untuk pergi ke langit saya memerlukan kemampuan. Dan kemampuan saya dengan Anda berbeda bak langit dan bumi. Saya jadi frustrasi, karena Anda bisa setinggi lamgit, saya cuma setinggi dengkul. Karena saya baru menyadari pergi ke langit memerlukan senjata. Kepandaian, kejelian, sensitivitas dan sebagainya. Maka dahulu saya protes sama Tuhan, mengapa orang lain pandai, dan saya tidak. Dan sampai pada hari ini, saya tak selalu iri pada orang pandai, dan bukan pada orang kaya. Maka kalau Anda tidak mampu, Tanya pada mereka yang mampu.Uang Anda harus bertumbuh. Anda juga harus belajar meski tak bisa mengalahkan yang pandai. Yang penting menumbuhkan kekayaan tak bisa dengan kepala kosong.
Berpuasalah dari tidak memiliki rencana jangka pendek dan panjang. Membuat rencana berapa pun jangkanya, Anda yang menentukan, bukan orang lain. Penentuan ini didasari tiga hal penting. Besarnya income yang Anda miliki, besarnya pengeluaran, dan keinginan yang Anda cita-citakan. Teman saya hanya punya income lima juta rupiah, setelah dipotong biaya pengeluaran ia hanya mengantongi satu juta rupiah saja, dan ia bercita-cita tinggal di apartemen karena bosan tinggal di kos-kosan. Harga sewa apartemen saja sudah sudah dua juta perbulan tanpa perabotan. Dia mengsms saya, dengan kalimat penutup, pusying akyu, Mas.
Tentu saja pusing. Karena ia membiarkan dirinya dipusingkan dengan cepat-cepat mewujudkan rencana jangka panjangnya pada rencana jangka pendek. Saya menyarankan ia untuk tidak membuat alasan kebosanan menjadi alasan untuk membiarkan dirinya kelabakan. Itu yang dahulu terjadi pada hidup saya, mau cepat-cepat enak. Tak mau susah lama-lama.
Berpuasalah dari berpikir menjadi kaya itu adalah semudah membalikkan tangan, kecuali Anda memang beruntung punya orang tua kaya raya seperti teman saya, yang sekarang sudah mencapai usia 34 tahun masih belum punya pekerjaan dan asik-asik mengelilingi bumi bersama teman-temannya. Atau Anda memang jadi simpanan orang kaya raya. Itu lain persoalannya.
Anda lihat sekarang ini, saat Anda menjalankan ibadah puasa. Anda harus bangun pagi sekali, kemudian tetap melakukan aktifitas seperti biasa, tidak ada acara makan siang selama tiga puluh hari, baru menyantap makanan setelah sekian jam.. Hari-hari pertama mungkin susah sekali untuk menjalankannya, karena selama sekian bulan Anda bisa tidur dan bangun dengan nyaman, bisa makan siang sambil mengobrol dengan teman dengan mengkorup waktu isitrahat yang satu jam menjadi dua jam dan mengatakan pada bos Anda, kalau sedang bersama klien, bernama pacar, teman atau bahkan kakak sendiri. Tetapi setelah itu, Anda akan merasakan hasilnya. Penguasaan diri. Dan saya yakin, setelah berat bangun pagi-pagi beberapa hari pertama, maka rasa berat itu menjadi hilang karena tubuh Anda sudah terbiasa karenanya.
Jadi terbiasalah dengan kedisplinan Anda berpuasa. Anda tak lagi merasakan itu menjadi sebuah beban. Investasi, menabung, mengontrol pengeluaran, hanya merupakan sekian cara berpuasa dari hidup yang menghamburkan dari hal-hal yang tak berguna. Percaya saya, Anda akan kaya. Saya sudah melewati masa itu. Masa berpuasa, maksudnya, dan sekarang saya masih tetap menjalankannya. Oleh karenanya, saya sekarang kaya. Seperti dalam artikel saya yang terdahulu, kaya adalah sebuah situasi dimana Anda memiliki status keuangan yang sehat. Berpuasalah!

Senin, 01 September 2008

PT. Danareksa

Penjelasan Mengenai Pemberlakuan Perpajakan atas Bunga Obligasi Reksa Dana

Wednesday, August 13, 2008

Dengan hormat,
Sehubungan dengan rencana Pemberlakuan Perpajakan atas Bunga Obligasi Reksa Dana, maka bersama ini dapat kami sampaikan penjelasan dan langkah-langkah yang telah diambil sebagai berikut:


Seluruh Manajer Investasi yang tergabung dalam Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) bersama-sama dengan BAPEPAM tengah melakukan kajian dan diskusi secara intensif dengan Pemerintah mengenai tata cara pengenaan PPh atas bunga dan diskonto obligasi agar dikenakan PPh bersifat final dengan besaran tarif yang kompetitif.


APRDI bersama-sama dengan BAPEPAM juga sedang melakukan kajian dengan Pemerintah perihal aturan peralihan untuk menentukan saat berlakunya pengenaan PPh secara final. Dalam hal ini, tengah diupayakan agar pengenaan PPh final tidak dikenakan secara berlaku surut pada reksa dana yang telah memperoleh ijin usaha sebelum tahun 2009.

Pemerintah selalu dan sangat memperhatikan perilaku pasar serta kesinambungan usaha reksadana dalam menentukan tata cara dan aturan pengenaan PPh atas bunga dan diskonto obligasi.


Diharapkan, upaya tersebut dapat melindungi kepentingan para investor Reksa dana Obligasi dan Reksa Dana Terproteksi. Apabila terdapat perkembangan lebih lanjut dari upaya-upaya yang sedang dilakukan oleh APRDI, kami akan segera menyampaikan informasinya. Demikian kami sampaikan dan atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih banyak.

Hormat kami,

PT Danareksa Investment Management



Priyo Santoso President Director

investasi saham

berinvestasi menurut saya yang penting adalah konsistensi, terutama dalam hal keuntungan yang kita terima. Semisal anda mau membeli sebuah perusahaan dan harus memilih satu diantara dua yang ditawarkan. Perusahaan A memiliki track record sales growth sebagai berikut :
Tahun 1 : 15%
Tahun 2 : 30%
Tahun 3 : -10%
Tahun 4 : 2%
Tahun 5 : -18%
Tahun 6 : 120%
Tahun 7 : 20%
Tahun 8 : -45%
Tahun 9 : anda berencana beli
Sedangkan Perusahaan B memiliki track record sales growth sebagai berikut :
Tahun 1 : 14.25%
Tahun 2 : 14.30%
Tahun 3 : 13.50%
Tahun 4 : 14.00%
Tahun 5 : 13.00%
Tahun 6 : 14.25%
Tahun 7 : 14.00%
Tahun 8 : 15%
Tahun 9 : anda berencana beli
Dari kedua perusahaan tersebut, mana yang hendak anda beli semisal harus memilih satu? Memang ini jawaban yang sangat dipengaruhi oleh sifat, kepribadian dan emosi masing masing kita. Namun saya kok yakin mayoritas akan memilih Perusahaan B meski masing masing perusahaan memiliki average sales growth sekitar 14%-14.25%. Alasan utamanya adalah satu; yaitu kita dapat membuat prediksi yang lebih menyakinkan atas sales growth di Perusahaan B dibanding Perusahaan A. Dan menurut saya prediksi ini sangat penting karena saat kita membeli suatu perusahaan, kita sebenarnya membeli prospek perusahaan itu dalam menghasilkan keuntungan di masa depan.Dalam kasus Perusahaan A, kelihatannya kita akan lebih sulit menebak sales growth di masa depan dibanding Perusahaan B.Begitu juga alasan utama saya membeli saham KO; konsistensi sehingga saya dapat memprediksi dengan tingkat keyakinan lebih tinggi dibanding saham YHOO, GOOG atau pun AAPL. (Namun jangan salah artikan saya benci ketiga saham teknologi tersebut. Saya malah sempat membeli saham AAPL di harga $175an dan menjual di $190an tepat dua minggu sebelum AAPL terjun bebas ke $120an. Nantikan TradeJournal saya yang akan membahas alasan & latar belakang saya membeli AAPL)Intinya adalah saya sangat SUKA KONSISTENSI dan sangat BENCI KETIDAK PASTIAN.TUJUAN UTAMA INVESTASICoba anda sekarang mengambil pinsil dan kertas kosong. Saya akan memberikan sebuah pertanyaan dan tolong anda jawab dengan jujur.Pertanyaan saya adalah :
“Menurut anda, apakah tujuan paling utama dalam berinvestasi
(the ultimate goal of investing)?”....


Coba pikirkan sebentar....


Tidak usah terburu buru untuk scroll down mencari jawaban....



Pikirkan dengan matang;



apa sih tujuan utama dalam berinvestasi?....




Saya tahu anda masih belum menuliskan jawabannya....





Sekali lagi saya berikan kesempatan sebelum anda melihat jawabannya;


tolong pikirkan menurut anda apa tujuan berinvestasi?....



Sudah memberikan jawaban?....




Mari kita liat jawabannya?....



Saya tidak akan memberikan jawaban dari saya sendiri, tapi dari orang terkaya nomor satu di dunia. Jika saya yang menjawab rasanya kurang afdol karena saya belum kaya. Mari kita belajar dari orang terkaya di dunia yaitu Warren Buffett.Ketika ditanya apa tujuan utama dalam berinvestasi, Buffett memberikan dua jawaban.
Pertama, don’t loose your money. Kedua, see reason number one.Buffett mengatakan bahwa tujuan berinvestasi itu sebenarnya agar kita tidak kehilangan uang. Baik dalam arti mengalami kerugian atau uang kita digerogoti inflasi. Sangat menarik Buffett tidak mengatakan tujuan investasi adalah MENDAPAT UNTUNG (saya yakin 90% menjawab ini di sepotong kertas tadi. Saya pun menulis demikian).Ternyata orang terkaya di dunia mengatakan tujuan investasi yang utama adalah melindungi harta kita. Jika pola pikir seperti ini, keuntungan akan datang dengan sendirinya. Awalnya saya sulit memahami hal ini. Menurut saya jawaban Buffett adalah JAWABAN YANG ANEH!!Namun setelah berpikir lebih jauh akhirnya saya memahami pola pikir Buffett. Saya melihat dengan memiliki tujuan tersebut maka pola investasi kita akan :1. Sangat berhati hati dalam memilih saham agar saham yang dipilih adalah saham yang secara fundamental bagus (ini menghindari membeli saham “yang katanya” mau ditarik)2. Lebih memperhatikan kinerja perusahaan dibanding pergerakan harga saham. Saya akan memberikan alasan mengapa yang perlu diperhatikan adalah kinerja perusahaan, bukan pergerakan harga saham).Dengan pola pikir ini kita akan sangat berhati hati dalam berinvestasi. Menjadi lebih serius dalam memilih saham. Karena ini harta kita. Kalau sampai ceroboh memilih saham maka akan rugi. Kalau rugi maka harta kita akan berkurang. Kalau harta berkurang artinya kita MENJADI LEBIH MISKIN SETELAH BERINVESTASI dibanding sebelum berinvestasi. Lah kalo setelah berinvestasi jadi lebih miskin ngapain dong kalo gitu investasi?KONSISTENSI YANG KONSISTENArtinya, saat kita berinvestasi kita harus yakin pilihan yang kita ambil akan menambah kekayaan kita, bukan malah mengurangi. Untuk itu ikuti nasihat Buffett, jangan sampai kehilangan uang.Entah benar entah salah, saya berpendapat salah satu cara untuk jangan sampai kehilangan uang adalah dengan memilih investasi yang kita yakin akan menambah uang kita. Bagaimana kita yakin? Dengan memilih investasi yang KONSISTEN dapat kita prediksi tingkat keuntungannya. Dan sayangnya, hampir sebagian besar saham yang masuk kategori ini adalah saham saham yang menurut nasabah saya itu boring. Buat saya, kinerja perusahaan yang bagus harus berasal dari kinerja operasional dan bukan dari yang lain nya. Kalau mau menilai kinerja seorang tukang baso ya harus dari berapa mangkok yang berhasil dia jual. Kan sangat aneh kita bilang kinerja tukang baso bagus karena dia sering jual beli gerobak baso (makanya saya sangat tidak mengerti mengapa perusahaan yang kerjanya jual beli anak perusahaan dibilang bagus.) Tapi ini memang pandangan pribadi saya lo. Seperti yang saya sering bilang, I’m just a very simple man. My brain cannot understand complicated things. Kalo tukang baso ya jualan baso, jangan jual beli gerobak baso.Sehingga menurut saya, suatu saham yang memberikan konsistensi adalah saham yang sesuai dengan tujuan utama investasi; yaitu tidak kehilangan duit.POWER OF COMPOUNDINGSaya akan memberikan ilustrasi atas pentingnya suatu konsistensi dalam jangka panjang. Namun sebelum saya sampai ke sana saya ingin bertanya sesuatu.

Bayangkan anda membeli suatu saham XYZ hari ini. Eh ternyata besok saham anda turun 50%. Namun untungnya di hari ketiga saham anda kembali naik 50% (hari 1 beli, hari 2 turun 50%, hari 3 naik 50%). Pertanyaannya adalah : apakah saat hari ketiga saham anda naik 50% anda akan kembali modal?Jika anda menjawab “ya” sayang anda salah. Bayangkan di hari 1 anda beli saham XYZ seharga Rp 1,000. Hari kedua turun 50% menjadi Rp 500. Hari ketiga naik 50% (50% dr Rp 500 = Rp 250) maka saham anda menjadi Rp 750. Loh masih rugi dong. Hahahahaa …. Bingung?Ternyata jika saham anda turun 50%, maka untuk kembali modal perlu naik 100%.
Coba kita ambil contoh pergerakan dua macam harga saham. Yang satu konsisten yang satu sangat volatile meski sama sama memiliki average yang sama.Dalam contoh di atas masing masing memiliki average growth 3%. Namun coba kita lihat untuk saham Konsisten saat anda membeli $1,000 dan dengan average growth 3% pada tahun kelima saham anda bernilai $1,159. Sedangkan pada saham volatile meski average growth sama sama 3% namun pada tahun kelima saham anda hanya bernilai $207.Inilah mengapa saya SANGAT MENYUKAI KONSISTENSI dan TIDAK SUKA KETIDAK PASTIAN.Nah sekarang coba anda bayangkan saat ini anda berumur 25 tahun dan berencana melakukan investasi senilai
$1,000 (Rp 9 juta dengan kurs IDR/USD = Rp 9,000) sebagai uang pensiun anda saat umur 55 (masa investasi 30 tahun). Anggap saja average return per tahun 15% maka uang anda akan berkembang menjadi :
Tahun 1 : $1,150 (Rp 10,350,000)
Tahun 5 : $2,011 (Rp 18,102,214)
Tahun 10 : $4,045 (Rp 36,410,019)
Tahun 20 : $16,366 (Rp 147,298,836)
Tahun 30 : $66,6211 (Rp 595,905,947)
Dalam 30 tahun uang anda bertumbuh sebesar 6,621%.

Coba sekarang bayangkan investasi awal anda sebesar
$10,000 (Rp 90 juta) dan anda bisa menghasilkan average return 20% per tahun.
Dalam tahun ke 30 uang anda akan berkembang biak menjadi $2,373,763 (Rp 21,36 milyar) atau bertumbuh 23,737% …
ya DUA PULUH TIGA RIBU PERSEN.


Disini terlihat bagaimana konsistensi merupakan cara kita memiliki pohon duit. Yang penting bagaimana anda KONSISTEN selama 30 tahun memperoleh return 20%.MENGAPA SAYA SUKA ‘BORING’ STOCKMengapa saya suka saham yang membosankan? Pertama, saya dapat memprediksi konsistensi dari saham jenis ini. Kedua, dengan menggabungkan power of compounding maka saya akan memiliki pohon duit.Masih ingat saat saya membeli saham Coca Cola (KO) kemarin. Ringkasnya saya membeli saham KO di harga $60.14 sebanyak 100 lembar (jumlah saham & kontrak option disamarkan) serta melakukan sell call option VKOAN strike price $70 yang akan jatuh tempo January 2009 di harga $1.35 sebanyak 1 kontrak.Modal atas kedua transaksi terbut adalah $6,014. Dalam trading plan saya, rata rata keuntungan yang saya harapkan per tahunnya sebesar 15.87%.Mari kita masukan dalam pohon duit kita. Uang saya akan berkembang biak :
Tahun 1 : $6,968
Tahun 5 : $12,560
Tahun 10 : $26,234
Tahun 20 : $114,441
Saya berencana pensiun pada umur 55 (20 tahun dari sekarang).
Saat itu saham KO saya akan bernilai $114,441 atau naik 1,902%!!!!20 tahun lalu orang minum Coca Cola dan saya yakin dalam 20 tahun ke depan orang masih minum Coca Cola sehingga KONSISTENSI sales growth KO dapat saya prediksi dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi dibanding Google (20 tahun lalu mungkin belum banyak orang yang mengenal search engine; siapa yang menjamin 20 tahun ke depan orang masih membutuhkan search engine).Karena alasan ini saya sangat suka kepada saham yang membosankan. Tidak perlu pusing! KONSISTENSI dan PREDICTIBILITY … itulah jawabannya. Saya dapat memPREDICT growth dari saham yang membosankan dan saya yakin growth tersebut akan KONSISTEN dalam jangka waktu investasi saya.

PENUTUP
Ada dua cara untuk sukses berinvestasi dalam saham. Cara pertama, anda tiap tahun mencari dan menebak exoctic stock tahun ini apa. Apa saja saham yang “katanya” mau ditarik bandar? Jika ini saya lakukan, maka setiap tahun selama 20 tahun saya harus pusing mencari, menghitung dan menebak mau beli saham apa saja. Dan saya berharap selama 20 kali memilih saham saya tidak pernah salah. Karena kalau sampai salah, ingat untuk mengembalikan kerugian tahun ini maka tahun depan keuntungan harus dua kali lipat (jika minus 50% maka butuh plus 100% untuk balik modal).Atau ada cara kedua. Saya hanya perlu mencari saham yang membosankan, saham yang produknya dalam 20 tahun lalu dibutuhkan dan dalam 20 tahun ke depan masih dibutuhkan. Dalam hal ini dalam 20 tahun saya hanya perlu berpikir sekali saja (bagiamana memilih saham jenis ini akan saya tulis dalam artikel berikutnya).Cara pertama, mikir 20 kali dalam 20 tahun. Pusing 20 kali dalam 20 tahun. Cara kedua, mikir satu kali dalam 20 tahun. Pusing satu kali dalam 20 tahun.Apapun pilihan anda, pastikan sesuai dengan karakter anda. Tidak ada cara yang benar dan salah dalam pola investasi. Apapun polanya, tujuan akhir haruslah melindungi harta anda. Namun untuk saya sendiri, saya memilih cara kedua. Selamat berinvestasi.





DISCLAIMER.Salam Sejahtera,
Danny Eugene

mengenal obligasi

OBLIGASI

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu :
1) Dilihat dari sisi penerbit :
a) Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
b) Government Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
c) Municipal Bond : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
2) Dilihat dari sistem pembayaran bunga :
a) Zero Coupon Bonds : obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
b) Coupon Bonds : obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
c) Fixed Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
d) Floating Coupon Bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.
3) Dilihat dari hak penukaran / opsi :
a) Convertible Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
b) Exchangeable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
c) Callable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d) Putable Bonds : obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4) Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya
a) Secured Bonds : obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah:
- Guaranteed Bonds : Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin denan penangguangan dari pihak ketiga
- Mortgage Bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
- Collateral Trust Bonds : obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
b) Unsecured Bonds : obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
5) Dilihat dari segi nilai nominal
a. Konvensional Bonds : obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
b. Retail Bonds : obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.
6) Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil :
a. Konvensional Bonds : obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon bunga.
b. Syariah Bonds : obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
- Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
- Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan

Karakteristik Obligasi :
Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya.
Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
Harga Obligasi :
Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal.Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:
Par (nilai Pari) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta.
at premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta
at discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta.
Yield Obligasi :
Pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima.

Minggu, 31 Agustus 2008

saham

Barangkali memang sudah saatnya masyarakat kita didorong dan diencourage untuk memindahkan uangnya yang semula ngendon di bawah bantal untuk diinvestasikan supaya bisa lebih menggairahkan roda perekonomian kita. Apalagi, banyaknya sektor usaha informal yang marak belakangan ini, setidaknya menunjukkan bahwa dalam masyarakat ada arus perputaran uang yang tidak bisa dibilang sedikit.
Saham adalah salah satu produk keuangan. Kita mengenal pasar finansial yang terbagi dalam pasar modal dan pasar uang. Saham termasuk produk pasar modal yang merupakan bukti kepemilikan kita terhadap perusahaan yang menerbitkan sertifikat saham tersebut. Saham ada nilai intrinsik maupun nilai aktualnya. Untuk bertransaksi saham juga ada aturan main tersendiri. Tapi uraian tentang itu tidak akan saya jelaskan di sini karena sudah banyak tulisan yang membahas tentang itu.
Bermain saham, seperti juga wahana investasi lain atau seperti juga menjalankan usaha, ada tips dan trik yang bisa dipelajari. Kebanyakan memang menganggap saham hanya sebagai instrumen finansial yang dipelajari dan dipahami secara left-brain thinking only. Padahal, esensi utamanya bukan berada di situ.
Dan, berikut beberapa tips dan trik yang mungkin bisa Anda baca dan mungkin Anda praktekkan sendiri:
Perlakukan saham sebagai “human”, bukan dipahami semata-mata ”by the book” saja. Lihat juga orang-orang yang mengelolanya, pemain di belakangnya (market maker, player, follower) dan karakteritik masing-masing, baru kemudian masuk ke analisis dan tools yang digunakan.
Jangan sepenuhnya percaya pada data-data keuangan, apalagi yang belum diaudit dan/atau belum disahkan oleh Bapepam. Indonesia adalah salah satu contoh emerging market, dan karakteristik utama dari pasar seperti ini adalah data yang seringkali unreliable. Jadi, tetaplah bersikap konservatif dan hati-hati.
Ada baiknya Anda mulai dengan mengoleksi saham-saham blue chip yang turun harganya karena sentimen right issue. Tak apa, dalam waktu yang tidak terlalu lama, biasanya harganya segera terkoreksi dan merangkak naik. Return saham-saham blue chip biasanya average, tapi cukup layak untuk dipegang dalam jangka waktu lama.
Anda juga bisa mengikuti aksi yang dilakukan para bandar. Bermainlah sedikit dengan saham gorengan. Biasanya, saham ini tidak terlalu banyak peredarannya sehingga mudah dikatrol dan dipermainkan harganya. Ciri-cirinya, volume transaksi saham ini cukup besar dan nilainya turun tapi kemudian perlahan-lahan naik. Sekali lagi, hati-hati karena tren bisa segera berbalik dengan cepat dan gunakan hanya jika ada uang berlebih.
Disiplin. Tetapkan batas atas dan batas bawah. Misalnya, 33% di atas dan 5% di bawah. Taati aturan itu dan jangan sekali-kali mengikuti nafsu dan emosi Anda. Kalau Anda berani mengambil resiko, tidak apa-apa tanpa cut loss, kecuali 1) Anda pakai margin, 2) harga saham sudah tergolong tinggi, dan 3) ketika Anda masuk, harga atau tren berbalik arah.
Tekun dan geluti secara serius. Lakukan analisis dan review portofolio secara berkala. Saya sarankan untuk memegang tidak lebih dari 9 jenis saham saja. Fokus pada maksimal 3 saham dan hold 1-2 saham untuk tetap dipegang untuk satu tahun. Kemampuan manusia terbatas, jadi baiknya jangan terlalu greedy.
Belajar fundamental ekonomi global dan emiten tertentu adalah suatu keharusan. Lebih baik lagi jika Anda juga mengikuti selalu berita nasional dan mengamati korelasinya dengan gerakan di bursa.
Simak karakteristik unik bursa. Misalnya, biasanya ada kecenderungan naik sekitar April-Mei sebagai antisipasi publikasi laporan keuangan dan pembagian dividen (sell). Sebaliknya, pada bulan September-Oktober seperti sekarang, biasanya kecenderungan turun karena sepi, tidak ada berita dan aktivitas (buy). Sementara pada akhir tahun ada kecenderungan naik, sebagai antisipasi window dressing dan menyambut january effect (sell). Pada bulan Februari-Maret, biasanya terjadi koreksi pasca window dressing dan january effect (buy). Begitu seterusnya.
Broker juga manusia. Ajak mereka makan siang dan make friendship. Lakukan saja dengan tulus. Jangan pernah mengharapkan Anda akan mendapatkan insider information dari sini. Selain tidak etis, hal itu juga melanggar hukum (ilegal).
Mohon bimbingan yang di atas. Percayalah bahwa banyak variabel yang berpengaruh tetapi berada di luar kendali kita. Di situlah peran tangan Tuhan berkuasa. Dan ketika Anda mendapatkan gain, jangan lupa sumbangkan sebagian dari apa yang Anda terima dan tetaplah bersikap rendah hati. Investor besar yang saya tahu rata-rata orang yang low profile, sederhana, dan tidak suka banyak bicara.
Terakhir, ada quote menarik yang saya ambil dari salah satu buku, sayang saya lupa siapa penulisnya. Bunyinya, kalau tidak salah, ”You have to trade what you see, not what you think. And only a detached and unemotional state of minds allows us to make our decisions objectively.” See?
Informasi, analisis/strategi, sikap mental dan emosi, serta luck, tetap merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan Anda. Tiga faktor pertama bisa Anda pelajari, namun satu faktor terakhir hanya bisa Anda dapatkan dengan mendekatkan diri dengan yang di atas.
Inilah saatnya Anda bergerak. You have to trade. You must change your self from learning to take a trade from cold blooded readiness to read on valid signal.
Good luck!

Reksa Dana

Memang pernah disinggung sebelumnya soal investasi dan cara cepat untuk kaya, namun kali ini saya akan coba mengulas lebih detil soal investasi di reksadana. Seperti yang Anda mungkin sudah tahu, reksadana (mutual fund) adalah wahana yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat (pemodal) untuk kemudian diinvestasikan ke dalam portofolio efek oleh manajer investasi (MI). Portofolio efek tersebut bisa berupa saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau kombinasi dari beberapa di antaranya.
Orang bilang jangan letakkan telur-telur Anda dalam satu keranjang. Maksudnya, untuk mengoptimalkan keuntungan sekaligus meminimalkan risiko perlu dilakukan diversifikasi agar bila terjadi kerugian pada satu aset, masih bisa di-cover dengan aset lain untuk menghindari kerugian maksimal. Konsekuensinya, kita perlu membangun suatu
portofolio aset, yakni sekumpulan aset dengan berbagai profil risiko yang berbeda seperti saham, obligasi, deposito, dan lainnya. Repotnya, untuk membangun portofolio ideal diperlukan dana yang relatif besar; hitung-hitungan saya, paling tidak perlu Rp 10 miliar.
Reksadana kemudian muncul sebagai solusi agar pemodal tak lagi kesulitan dalam berinvestasi. Kesulitan berupa dana yang mepet, keterbatasan pengetahuan dan informasi, kurangnya waktu dan tenaga untuk memonitor portofolio, dan risiko-risiko lain dapat diatasi dengan reksadana. Sebagai gambaran, penduduk Indonesia saat ini sekitar 230 juta jiwa, namun dana yang terkumpul dalam reksadana baru sekitar Rp 60 triliun saja (2006). Itu artinya reksadana masih merupakan wahana yang bagus dan potensial untuk berinvestasi.
Keuntungan Berinvestasi di Reksadana
Investor memiliki akses untuk menyusun portofolio dari beragam instrumen investasi yang sulit (dan mahal) untuk dilakukan sendiri.
Diversifikasi secara otomatis. Portofolio investor dengan sendirinya akan tersebar ke beragam aset sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Barrier to entry rendah. Siapapun bisa memulai berinvestasi reksadana as low as Rp 500 ribu saja.
Investasi dikelola oleh MI profesional dengan administrasi oleh kustodian dan diawasi secara ketat oleh Bapepam LK.
Hasil investasi reksadana bukan (belum) menjadi obyek pajak. Kupon dari obligasi hingga saat ini juga belum menjadi obyek pajak.
Likuiditas tinggi. Unit penyertaan dapat dibeli atau dijual kembali setiap hari bursa melalui MI.
Investor institusional seperti dana pensiun, bank, perusahaan swasta, juga dapat memetik keuntungan dari reksadana.
Bagi pemerintah dan perusahaan emiten, reksadana merupakan salah satu sumber dana investasi yang dapat menjangkau investor secara luas sehingga dana terkumpul bisa jauh lebih besar.
Jenis-jenis Reksadana
Berdasar aturan hukumnya, reksadana dibagi menjadi:
Reksadana berbentuk perseroanPerseroan menghimpun dana dengan menjual saham perdana (IPO), kemudian menggunakan dana tersebut untuk diinvestasikan dalam berbagai jenis efek.
Reksadana terbuka (open-end investment company); dimana investor bisa membeli saham dari reksadana dan menjual kembali tanpa dibatasi jumlah saham yang diterbitkan.
Reksadana tertutup (close-end investment company); investor hanya bisa melakukan jual beli melalui bursa efek dimana saham reksadana tersebut tercatat dengan jumlah tertentu.
Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)Ini bentuk yang paling lazim, dimana ada kontrak antara MI dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan (UP). MI diberi wewenang untuk mengelola investasi kolektif dan bank kustodian memiliki wewenang untuk melakukan penitipan kolektif. Reksadana KIK tidak menerbitkan saham melainkan melalui UP sampai sebesar jumlah yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Investor yang berpartisipasi akan mendapat bukti penyertaan berupa surat konfirmasi dari bank kustodian.
Menurut portofolio investasinya, reksadana dibagi menjadi:
Reksadana Pasar UangReksadana yang mayoritas alokasi investasinya pada efek pasar uang, yaitu efek utang berjangka kurang dari satu tahun seperti SBI, deposito, dan sebagainya. Tingkat risiko (dan return) relatif paling rendah. Reksadana ini cocok untuk jangka pendek sebagai pelengkap tabungan atau deposito. Tidak ada biaya pembelian dan penjualan kembali. NAB/NAV per UP selalu “di-reset” Rp 1.000 setiap harinya.
Reksadana Pendapatan TetapReksadana yang setidaknya 80% alokasi investasinya pada efek utang jangka panjang. Potensi risiko dan return lebih besar daripada tabungan, deposito, atau reksadana pasar uang. Cocok untuk investasi jangka menengah (kurang dari 5 tahun). Ada sebagian reksadana yang membagikan keuntungan berupa dividen secara berkala.
Reksadana SahamReksadana yang melakukan investasi sekurangnya 80% dari portofolio ke efek ekuitas (saham). Dibanding reksadana lain, potensi risiko dan return relatif paling tinggi dan cocok untuk jangka panjang (3 tahun atau lebih).
Reksadana CampuranAlokasi aset merupakan kombinasi antara efek ekuitas dan efek hutang yang tidak termasuk dalam kategori di atas. Potensi risiko dan return biasanya berada di antara reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham.
Manajer Investasi (MI)
Dialah yang bertanggung jawab mengelola dana yang terkumpul dalam reksadana. MI take care terhadap setiap kegiatan investasi, mulai dari analisis investasi, pengambilan keputusan, monitoring pasar, atau mengambil tindakan emergency yang sekiranya diperlukan. MI harus mendapat ijin dari Bapepam LK. MI mendapat imbalan jasa dalam bentuk management fee, performance fee, dan entry/exit fee.
Bank Kustodian
Adalah pihak yang memegang dana investasi sehingga dana investor tidak dipegang langsung dan/atau disalahgunakan oleh MI. Bank kustodian mengawasi setiap penggunaan dana. Biasanya merupakan bank umum yang disetujui Bapepam LK untuk menyelenggarakan jasa kustodian atau penitipan efek secara kolektif dan harta lain serta menerima dividen, bunga, atau hak-hak lainnya. Bank kustodian mengutip custodian fee sekian persen dari dana kelolaan yang dipotong langsung dari NAB/NAV.
Selain sebagai lembaga penitipan dan pengamanan, bank kustodian juga merupakan administrator yang mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya dan bertugas menghitung NAB/NAV setiap jenis reksadana KIK per akhir hari bursa untuk kemudian diumumkan melalui media. Bank kustodian juga berfungsi sebagai transfer agent, yang mencatat seluruh transaksi seperti pembelian (subscription) atau pencairan (redemption) yang dilakukan tiap nasabah.
Selain menyelesaikan transaksi efek, bank kustodian akan memberikan surat konfirmasi sebagai tanda bukti atas setiap transaksi reksadana. Kalau investor melakukan transaksi langsung ke perusahaan pengelola reksadana, tanda bukti akan diberikan langsung kepada investor. Sementara bila investor bertransaksi melalui selling agent (seperti bank), biasanya tanda bukti “dititipkan” di selling agent tersebut.
Prospektus Reksadana
Buat sebagian orang mungkin merupakan dokumen yang garing dan membosankan. Tapi sesungguhnya prospektus adalah bacaan wajib yang perlu dipahami dan dijadikan acuan sebelum investor melakukan investasi di reksadana. Biasanya prospektus mendeskripsikan satu jenis reksadana, namun kadang mendeskripsikan juga beberapa reksadana sekaligus yang dikelola oleh perusahaan pengelola reksadana yang sama.
Periode perhitungan reksadana biasanya dimulai 1 Januari berakhir 31 Desember. Pada tiap periode tersebut biasanya prospektus diterbitkan oleh perusahaan pengelola reksadana. Berikut beberapa bagian penting dalam prospektus reksadana:
Sampul depan (front cover)Memuat tanggal efektif reksadana pertama kali dikenalkan, tanggal mulai penawaran, pernyataan disclaimer, penjelasan singkat tentang reksadana (bentuk, tujuan, komposisi), informasi penawaran (jumlah UP, NAV/NAB, biaya-biaya, minimum pembelian), MI, bank kustodian, dan tanggal penerbitan prospektus.
Istilah dan definisi
Informasi/keterangan reksadana yang ditawarkanPada bagian ini berisi berisi mengenai dasar hukum reksa dana, pembentukan reksa dana, penawaran umum, pihak-pihak yang menempatkan dana awal, manfaat dari investasi pada reksa dana yang ditawarkan, dan pengelola reksa dana.
Manajer investasi
Bank kustodian
Tujuan dan kebijakan investasiSesuai Peraturan Bapepam LK No. IV.B1 mengenai Pedoman Pengelolaan Reksa Dana berbentuk KIK perlu dijelaskan tentang tujuan dan kebijakan investasi reksadana yang ditawarkan, batasan-batasan, kebijakan pembagian keuntungan (profit-sharing), dan proses investasi itu sendiri.
Metode penghitungan nilai pasar wajarBiasanya memuat Surat Keputusan Ketua Bapepam LK No. Kep-24/PM/2004 19 Agustus tentang tata cara penghitungan nilai pasar wajar dari efek portofolio reksadana.
Perpajakan
Faktor-faktor risiko
Imbalan jasa dan alokasi biaya
Hak-hak pemegang unit penyertaan
Pembubaran dan likuidasi
Pendapat dari segi hukum
Pendapat akuntan tentang laporan keuangan
Tata cara dan persyaratan pembelian UP
Tata cara dan persyaratan penjualan kembali UP
Tata cara dan persyaratan pengalihan UP
Skema pembelian dan penjualan kembali UP
Penyebarluasan prospektus dan form pembelian UP
Laporan Keuangan Tahunan Reksadana
Tiap periode (tahun) perusahaan pengelola reksadana harus mengeluarkan laporan keuangan akhir tahun yang diaudit oleh auditor independen. Biasanya disertakan juga surat pemegang saham (shareholder letter) yang ditulis oleh presiden direktur atau MI yang berisi tinjauan tujuan investasi dan kinerja selama periode tersebut. Biasanya dibandingkan juga (benchmarking) kinerja reksadana dengan parameter industri seperti IHSG atau JII.
Laporan tahunan dilengkapi dengan tabel dan grafik untuk membandingkan pertumbuhan reksadana selama periode tertentu dan menjelaskan komposisi/persentase instrumen efek yang dimiliki. Laporan ini juga memaparkan NAB/NAV serta laba bersih yang diperoleh. Selain dari laporan tahunan, NAB/NAV lazim dimuat di surat kabar/majalah terkemuka dan situs internet seperti
Bisnis Indonesia (registrasi gratis).
Laporan tahunan juga memuat posisi aktiva dan pasiva di penutupan pasar saham dan obligasi pada tanggal pelaporan. Aktiva adalah seberapa banyak investasi yang dilakukan di pasar, jaminan yang dipegang untuk dipinjamkan, serta piutang yang dimiliki. Pasiva adalah jumlah utang yang digunakan untuk membeli efek.
Portofolio dan perputaran portofolio (portofolio turnover) yang dibeli dan dijual selama periode tersebut juga dicantumkan dalam laporan tahunan. Prinsipnya, makin tinggi turnover biasanya menambah biaya transaksi dan menggerus potensi laba. Kebanyakan reksadana agresif yang mengejar pertumbuhan biasanya memiliki turnover sangat tinggi.
Catatan kaki (footnotes), yang mencakup hal-hal lain seperti kebijakan akuntansi, pihak-pihak berkepentingan, serta transaksi affiliasi (arms-length transaction) biasanya juga dicantumkan dalam laporan keuangan tersebut. Selain prospektus, laporan keuangan adalah bahan informasi penting yang mutlak dimiliki dan dimengerti investor guna pengambilan keputusan investasi.
Unit Penyertaan (UP)
Adalah satuan investasi dalam reksadana. Pada saat penawaran umum perdana, UP ditetapkan Rp 1.000 kecuali reksadana pasar uang yang selalu ditetapkan Rp 1.000 setiap awal hari bursa. Bila pada penawaran umum suatu reksadana terkumpul dana sebesar Rp 100 juta berarti ada 100 ribu lembar UP beredar dengan NAB/NAV Rp 1.000/UP.
NAB/NAV dalam rupiah biasanya dihitung sampai 4 angka desimal. Dalam contoh berikut, angka desimal dihilangkan hanya untuk kemudahan perhitungan semata.
Nilai Aktiva Bersih (NAB)/Net Asset Value (NAV)
Mengikuti contoh di atas, misalkan selama suatu periode MI mampu membukukan keuntungan 40% maka dana yang terkumpul akan menjadi Rp 140 juta. Jika sebelumnya NAB/NAV sebesar Rp 1.000/UP, kini nilainya naik jadi Rp 1.400/UP. Misal biaya yang dibebankan 1%, maka NAB/NAV Rp 138,6 juta atau Rp 1.386 per UP. Setelah dikurangi biaya-biaya tersebut, hasil investasi akan menjadi hak investor.
Misalkan saya berinvestasi dengan membeli 50 ribu UP pada penawaran umum, maka saya harus mengeluarkan dana Rp 1.000/UP atau Rp 50 juta. Jika saya ingin menjual UP yang saya miliki saat ini dengan harga Rp 1.386/UP maka saya akan menerima dana sebesar Rp 69,3 juta. Keuntungan yang saya peroleh sebesar Rp 19,3 juta.
Bila saat ini Anda ingin masuk, Anda harus membeli dengan harga Rp 1.386/UP. Misalkan Anda membeli 10 ribu UP, maka Anda harus membayar Rp 13,86 juta. Seandainya beberapa bulan kemudian NAB/NAV turun menjadi Rp 1.350/UP dan Anda ingin menjual reksadana Anda, maka Anda akan menerima dana Rp 13,5 juta. Dalam kasus ini Anda menderita rugi Rp 360 ribu.
Nilai NAB/NAV selalu update tiap hari bursa oleh bank kustodian dan diterbitkan di berbagai media. NAB/NAV tak serta merta menggambarkan mahal tidaknya reksadana. Reksadana yang baru ditawarkan biasanya NAB/NAVnya murah, sementara reksadana yang sudah eksis cukup lama bisa jadi memiliki NAB/NAV tinggi. Namun, NAB/NAV juga bisa dipengaruhi misalkan oleh kebijakan MI untuk melakukan split ratio yang akan mengubah nilai NAB/NAV dan jumlah UP — walau pada akhirnya nilai investasinya sama saja.
Membeli dan Menjual Reksadana
Membeli reksadana dikenakan selling fee tertentu. Misal suatu hari Anda membeli reksadana dengan investasi Rp 10 juta, NAB/NAV Rp 1.350/UP, dan selling fee sebesar 1%. Jumlah UP yang bisa diperoleh dapat dihitung dengan rumus:
UP = [investasi (1 - fee)] : NAB/NAV
UP = [Rp 10 jt (1 - 0,01)] : Rp 1.350/UP
UP = 7.333,3333 unit
NAB/NAV dihitung setiap akhir hari bursa. Jika Anda membayar dan memasukkan inquiry sebelum jam 12.00 WIB, NAB/NAV dihitung pada akhir hari tersebut. Namun juka Anda membeli setelah pukul 12.00 WIB, Anda akan dimasukkan ke NAB/NAV hari bursa berikutnya.
Sementara saat menjual reksadana, Anda akan dikenakan redemption fee. Misal hari ini Anda ingin membeli reksadana yang Anda beli di atas dengan NAB/NAV Rp 2.025/UP dan redemption fee sebesar 1,5%. Besarnya redemption dapat dihitung dengan rumus:
Redemption = UP x NAB/NAV (1 – fee)
Redemption = 7.333,3333 x Rp 2.025/UP (1 – 0,015)
Redemption = Rp 14.627.250
Jadi besarnya keuntungan anda adalah sebesar Rp 4.627.250. Return on investment (ROI) investasi Anda sebesar 46,27%.
Frequently Asked Questions (FAQ)
Bagaimana cara mengetahui baik/tidaknya MI?
MI tak ubahnya nakhoda yang dituntut piawai mengarungi volatilitas ombak di pasar. Ia harus bisa memainkan portofolionya dengan baik. MI yang baik biasanya punya target (benchmark) tertentu yang bisa (dan harus) dilampaui. Benchmark tersebut bisa IHSG, JII, rata-rata reksadana, kinerja sektoral, atau lainnya.
Jangan buru-buru menjustifikasi kinerja MI yang mungkin minus atau underperform dalam beberapa bulan. Untuk mengukur kinerja perlu dibandingkan selama 1 tahun apakah MI tersebut bisa mengalahkan benchmark atau tidak. Bisa jadi kinerja yang minus selama beberapa bulan merupakan strategi untuk menyiapkan portofolio aset di sektor lain yang akan menanjak di bulan-bulan berikutnya.
Apakah NAB/NAV dan AUM yang tinggi merupakan indikator yang baik?
NAB/NAV memang mempengaruhi dana kita. NAB/NAV tinggi berarti unit penyertaan kita banyak dan dana kita di reksadana tersebut meningkat. Begitu juga sebaliknya. Perubahan NAB/NAV dipengaruhi oleh pergerakan aset reksadana. Misal ada investor besar yang perlu dana kas dan melakukan redeem. MI harus menjual aset reksadananya supaya bisa membayar investor. Dalam hal ini tentu NAB/NAV berkurang.
Kasus lain, MI mungkin sedang mengatur strategi dengan bandar (market maker) di bursa. MI melakukan cut loss dan menjual saham-saham jelek miliknya dan bersiap untuk terbang bersama bandar lain. Adanya cut loss ini bisa juga mengurangi NAB/NAV. NAB/NAV bukan harga mati karena perlu dilihat mendalam bagaimana MI mengatur stuktur portofolionya. Bisa jadi NAB/NAV besar tapi unit penyertaan investornya diperkecil, atau sebaliknya.
Asset under management (AUM) yang besar juga tak bisa dijadikan patokan. AUM besar tapi return tak terlalu bagus berarti MI tak pintar mengelola dananya. Walau begitu, reksadana AUM besar memang cenderung lebih “aman” daripada reksadana dengan AUM rendah. Yang terpenting, tentu saja adalah ritme dan pola performa. MI yang bagus biasanya memiliki kinerja yang stabil dengan return di atas rata-rata pasar.
NAB/NAV tinggi juga tak selalu berarti MI mengoleksi portofolio aset yang mahal. Mahal tidaknya suatu reksadana, menurut saya, harus dilihat pada nilai underlying asset portofolio reksadana itu sendiri.
Apakah saya harus membeli reksadana dengan NAB/NAV tinggi karena banyak investor yang masuk ke sana?
Harus disadari bahwa banyaknya investor yang masuk ke reksadana biasanya lebih disebabkan oleh marketing campaign yang dilakukan — bukan serta merta karena kinerja dan performa MI yang bersangkutan. Kedua, kita hanya bisa menebak-nebak jumlah investor yang terlibat dengan melihat total dana kelolaan (AUM).
Saya pernah membaca paper yang menunjukkan bahwa reksadana unggulan tak selalu sebanding dengan jumlah investor yang terlibat di dalamnya. Reksadana unggulan harus dicermati melalui kinerja selama beberapa periode (tahun) sebelumnya — apakah selalu stabil dan konstan mampu melampaui benchmark pasar. Walau demikian, kinerja masa lalu juga tidak selalu menjamin akan kinerja di masa yang akan datang. Reksadana unggulan di 12 bulan sebelumnya hampir pasti akan memberikan return lebih jelek di tahun berikutnya karena sudah “panas” (overheating). Begitu juga sebaliknya.
Bagaimana prospek reksadana saat ini?
Dilihat lima tahun ke belakang, kinerja reksadana relatif bagus. IHSG sudah tembus level 2.000. Reksadana rata-rata memberi return 20% secara kontinu pada tahun-tahun tersebut. Kalau kita invest Rp 10 juta, bisa dapat return Rp 2 juta. Kalau kita invest Rp 100 juta, return kita Rp 20 juta. Cukup bagus.
Di level makroekonomi, terlihat bahwa BI mempertahankan BI rate-nya stabil di 9%. Cadangan devisa per Maret 2007 naik hingga US$ 47,221 miliar. Ekonomi tumbuh 5,4% y-o-y pada kuartal pertama 2007. Sementara rupiah menguat terhadap USD. Asumsi (dan semoga saja) tidak terjadi bencana atau force majeur, indikator makroekonomi cukup bagus.
Sebagai gambaran, penduduk Indonesia saat ini berjumlah sekitar 230 juta jiwa. Namun dana yang terkumpul dalam reksadana baru sekitar Rp 60 triliun saja (2007). Itu artinya, tiap penduduk Indonesia baru berinvestasi di reksadana sebesar Rp 260 saja. Reksadana masih jadi wahana investasi yang sangat prospektif ke depannya.
Inikah saat yang tepat untuk membeli reksadana X?
Ini pertanyaan sulit. Setelah mengalami crash dua tahun lalu, pasar reksadana saat ini memang sedang tinggi-tingginya yang memungkinkan penurunan kurva yang menukik tajam sangat mungkin terjadi. Tapi menunggu pasar berada pada titik terendah juga sulit. Selain susah diprediksi, investor juga akan selalu dilematis, takut, dan cenderung untuk wait and see.
Buat saya, kapan saja masuk ke reksadana tidaklah jadi masalah karena posisi pasar seperti apapun (tinggi, stagnan, turun) selalu ada kebingungan dan keraguan untuk berinvestasi. Jangan punya pikiran apakah ini saat yang tepat atau tidak tepat untuk masuk. Sebab dengan begini kita bisa jadi
tak akan pernah sukses dalam berinvestasi.
Cara terbaik adalah dengan membuat rencana jangka panjang, disiplin, stick with it: rupiah cost averaging (RCA). Prinsipnya, setiap bulan (atau sekian bulan tertentu) kita harus disiplin menyisihkan dana untuk dimasukkan ke program investasi. Jangan pernah merubah rencana ini karena tanpa ada usaha konkrit berkesinambungan, kita akan melewati masa-masa membingungkan dengan berbagai keraguan dan kepanikan yang selalu menghantui.
Bagaimana cara berinvestasi reksadana yang tepat?
Menurut saya, RCA adalah metode investasi yang tepat. Perhatikan ilustrasi berikut. Tabungan Rp 100 ribu yang didiamkan saja dengan bunga 5% per tahun akan bernilai Rp 338.635 saat 25 tahun kemudian. Kalau setiap bulan Rp 100 ribu selalu ditambahkan (dengan tingkat bunga yang sama) akan bernilai Rp 4.772.600 25 tahun kemudian.
Hal yang sama berlaku juga buat reksadana. Asumsi usia Anda sekarang 30 tahun dan hendak pensiun pada usia 60 tahun nanti. Anda menyisihkan Rp 500 ribu per bulan untuk diinvestasikan pada reksadana pendapatan tetap dengan return 12% per tahun. Investasi Anda akan bernilai Rp 120.665.000 saat Anda pensiun. Kalau Anda berinvestasi pada reksadana saham yang bisa memberi return 35% per tahun, maka investasi Anda saat Anda pensiun akan bernilai Rp 11.610.629.000.
Perhitungan di atas tentu sangat konservatif, karena rata-rata reksadana bisa memberi return lebih tinggi dari rate tersebut. Silakan kalkulasikan sendiri jika seandainya Anda menyisihkan bukan Rp 500 ribu per bulan, melainkan Rp 1 juta atau Rp 2 juta per bulannya. Itulah mengapa
Albert Einstein pernah berujar bahwa the greatest force in the world is compound interest.
Haruskah saya mendiversifikasi reksadana?
Kalau saya, ya. Diversifikasi ke banyak sektor reksadana berarti menyerap volatilitas yang berbeda pula. Artinya, kita tak perlu takut akan satu volatilitas pasar. Misal ketika pasar saham sedang sangat volatile, kita masih bisa mengandalkan pemasukan bagus dari reksadana pendapatan tetap atau dari reksadana pasar uang. Begitu juga sebaliknya.
Anda bisa mengalokasikan misal 40% ke reksadana saham, 40% reksadana campuran, dan 20% reksadana pasar uang. Asumsinya, bursa saham sedang hangat dan berpotensi tinggi memberi profit. Reksadana campuran dipilih karena MI punya mandat untuk memindah dana dari saham ke instrumen lain guna menghindar dari performa minus. Artinya, potensi return mungkin tak setinggi reksadana saham, tetapi masih di atas reksadana pendapatan tetap dan juga masih cukup “save.” Sementara reksadana pasar uang diambil guna memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
Tentu komposisi ini bisa diubah-ubah sesuai preferensi dan profil risiko masing-masing investor. Pun ketika pasar berganti angin, Anda bisa melakukan rebalancing portofolio dan mengubah komposisi tersebut.
Bagaimana kunci sukses berinvestasi di reksadana?
Buat saya, yang terpenting adalah jangan terlalu mudah
panik dan terpancing euforia pasar. Santai saja kalau bulan ini minus, karena beberapa saat lagi akan pick-up dengan sendirinya. Juga jangan mudah termakan gosip. Justru ketika pasar panik dan redemption besar-besaran, malah kita bisa membeli dengan harga murah (NAB/NAV rendah) dengan potensi untuk membaik di kemudian hari.
Kedua, horizon investasi Anda sebaiknya harus jangka panjang. Keputusan
ada di tangan Anda. Asalkan bisa disiplin dan stick with it, return bagus pasti bisa didapat. Baca juga tentang cara berinvestasi reksadana yang tepat pada item pertanyaan di atas.
Ketiga, pilihlah perusahaan pengelola reksadana dengan latar belakang yang bagus dan stabilitas serta likuiditas yang sudah teruji. Nama-nama besar seperti Schroders, Manulife, Fortis (asing), atau Trimegah, Danareksa, Panin (lokal) mungkin perlu dipertimbangkan.
Apa sajakah risiko berinvestasi di reksadana?
Risiko yang mutlak dihadapi adalah turunnya NAB/NAV ketika pasar sedang kurang bergairah. Risiko lain adalah wanprestasi (default), yaitu kegagalan emiten, penerbit surat berharga, atau pihak lain yang terkait dengan transaksi gagal memenuhi kewajibannya. Reksadana juga tak luput dari risiko likuiditas dalam hal cepat-lambatnya investor dapat mencairkan unit penyertaannya.
Selain menawarkan peluang yang menggiurkan, reksadana khususnya di Indonesia memang masih memiliki potensi risiko seperti kendala peraturan, perlindungan investor, pembenahan internal pengelola reksadana, sampai soal pembelajaran publik agar masyarakat
tidak terjebak semata-mata pada iming-iming return yang menggiurkan.
Bapepam LK sendiri belakangan terus menerus menggiatkan pengawasan reksadana. Banyak MI nakal yang ditegur dan dikenai sanksi. Aturan-aturan lain juga terus diperbarui demi melindungi investor. Namun di balik semua itu, mari kita sama-sama belajar dari pengalaman masa lalu dan pengalaman negara lain agar semoga reksadana kita bisa tumbuh dan berkembang dengan bagus.
Last but Not Least
Betapapun, berinvestasi beneran (mungkin)
tidak untuk semua orang. Anda memang tak perlu jadi sehebat Warren Buffett, tetapi Anda musti memiliki mindset seorang investor. Investor yang arif, bisa mengalokasikan waktu dan uangnya dengan baik, serta memiliki pengetahuan akan dunia keuangan yang mumpuni. Dan pembelajaran itu butuh proses dan pengalaman yang tidak instan.
Selamat berinvestasi di reksadana dan semoga sukses.