Kamis, 28 Agustus 2008

artikel


Pahlawan Kesiangan


Menjadi pahlawan tak pernah terbesit dalam pemikiran saya. Apalagi bercita-cita menjadikan nama saya menjadi nama jalan raya atau jalan buntu sekalipun. Suatu hari saya diwawancarai sebuah stasiun radio, dan pertanyaan yang disodorkan adalah, kalau saya tak bernyawa lagi, apakah yang saya ingini agar orang-orang mengingat saya? Saya menjawab, saya tak mau dingat sebagai apa-apa. Saya menyesal sekali dengan komentar itu. Mestinya saya mengatakan, kalau saya mau diingat sebagai pahlawan. Sayang, saya tak mungkin mengajukan untuk diwawancarai lagi.
Menjadi pahlawan? Ya, meskipun kesiangan. Saya berpikir pahlawan selalu dikaitkan dengan sesuatu yang heroik. Heroik buat Diponegoro belum tentu sama heroiknya dengan saya. Tetapi masalahnya, saya dan Diponegoro berhak menjadi heroik. Meski Diponegoro diakui negara, saya hanya diakui diri saya sendiri, dan teman-teman yang masih mau mempercayai saya ini bisa heroik.
Saya tak bercita-cita menjadi sombong, tetapi menjadi pahlawan itu hak semua orang. Kalau pahlawan negri ini bisa mengalahkan penjajah, maka saya juga mampu mengalahkan penjajah yaitu diri saya sendiri. Buat saya yang IQnya jongkok, bebalnya setengah mati dan senangnya buang uang seperti tak ada hari esok, kemudian bisa memiliki uang untuk memiliki investasi dan simpanan, itu sebuah aksi memenangkan penjajah, dan saya berhak menyebut diri saya pahlawan.
Dan menjadi pahlawan itu rasanya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, tetapi sangat bisa dirasakan. Yang saya maksud simpanan itu memiliki tabungan dan deposito. Saya pernah disimpan orang tapi tak punya nilai investasi. Mungkin saya bukan seperti selebriti yang bisa mendapat harta gono, gini, ginu. Saya cuma berbakat disimpan saja.
Selain mengalahkan diri sendiri, perasaan kepahlawanannya terletak pada memperoleh rasa aman (secure) akan masa depan. Kalimat from zero to hero yang awalnya saya pikir hanya untuk mereka yang mau mengalahkan batman, superman dan gundala putra petir, ternyata bisa juga terjadi pada saya.
Maka saya menganjurkan pada Anda, jadilah pahlawan sesegera mungkin, jangan seperti saya kesiangan. Lebih baik bangun kesiangan dari pada tidak bangun sama sekali, meski gara-gara kesiangan investasi Anda jadi semakin berat. Menjadi pahlawan sedini mungkin, membuat hidup Anda makin hidup. Paling tidak kita bisa bersaing dengan Superman. Yahh…kalau tak bisa terbang, yaaa…terima saja. Anda dan saya masih bisa pakai celana dalam di luar, bukan?

3 Cara Jadi Pahlawan
1. Anda harus punya keinginan untuk menjadi pahlawan. Jangan seperti saya yang bebal ini. Setelah kesiangan baru mau mulai.
2. Untuk mewujudlkan keinginan yang susah itu, saya sarankan Anda bergaul dengan orang muda atau siapa saja yang memiliki simpanan dan investasi, yang mampu membuat Anda keder, karena Anda yang sudah berumur masih saja punya kartu kredit yang tak bisa dibayar lunas. Punya mobil juga belum lunas. Jangan sampai celana dalam pun belum lunas pula. Amit-amit, tak ada debt collector yang akan menyita celana dalam Anda itu.
3. Lunasi semua hutang Anda terlebih dahulu. Perlahan tapi pasti. Hanya ada satu sarana yang Anda gunakan untuk itu. Disiplin Saya harus akui, rasa sakitnya setengah mati. Untuk sementara telepon genggam satu saja, untuk sementara obral di butik favorit Anda dianggap angin lalu. Untuk sementara liburan di rumah Anda sambil membersihkan rumah. Nanti kalau Anda bisa berhasil, saya yakini Anda setuju dengan Marga T. Badai Pasti Berlalu.
(Samuel Mulia)

“Money can’t give you happiness but love will”. Pendapat tersebut sering kali diungkapkan bila kita sedang punya masalah dengan uang. Memang cinta lebih penting bila dibandingkan dengan materi atau harta. Tetapi tanpa uang, cinta bisa juga terbang melayang, bisa menimbulkan masalah dalam perkawinan, dan bisa membuat hidup kita menderita. Terlebih lagi, dalam situasi sekarang ini. BBM sedang naik, harga pangan naik, biaya hidup melambung sehingga membuat kita limbung karena kepala pening. Lalu bagaimana caranya untuk untuk bisa tetap mempertahankan nilai uang ditengah melonjaknya harga-harga kebutuhan hidup atau sering disebut ”inflasi” di masa-masa yang akan datang?
Dalam dunia perencanaan keuangan, ada dua jenis investasi yang bisa melindungi kita dari inflasi: saham dan properti. Tentunya tidak investasi di sembarang jenis saham atau properti. Kita harus memilih investasi pada saham-saham dari perusahaan yang memiliki prospek usaha yang bagus dan memberikan keuntungan. Sedangkan investasi properti kita harus memilih properti di lokasi yang strategis dan tentunya aman.
Kalau Anda tidak mau pusing untuk melakukan sendiri investasi dalam saham karena merasa uang tidak cukup, tidak tahu bagaimana caranya memilih dan membeli saham, menjual saham, Anda dapat berinvestasi di reksa dana saham. Karena melalui investasi di reksa dana saham, Anda dapat mulai dengan dana Rp 200.000 dan Anda langsung berinvestasi dalam berbagai jenis saham sehingga resiko investasi Anda menjadi lebih rendah.

Tidak ada komentar: